Pontianak, KRsumsel.com – Menteri Kementerian Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut stroke dan jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia termasuk di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat (Kalbar), sehingga pihaknya meminta kepada Pemerintah Kalbar dan Kubu Raya untuk fokus pada penanganan penyakit tersebut di setiap RSUD.
“Di Indonesia, penyebab kematian terbanyak itu stroke. Saya tadi sudah tanya ke Direktur RS di sini, ternyata sama, stroke juga yang paling tinggi,”kata Menkes Budi saat menghadiri kegiatan peletakan batu pertama (groundbreaking) RSUD TBSI Kabupaten Kubu Raya Kalbar, Rabu (16/4).
Ia menambahkan, penyakit jantung menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian, diikuti oleh kanker. Bahkan di kalangan aparat keamanan seperti TNI dan Polri, jumlah kematian akibat stroke, jantung, dan kanker jauh lebih tinggi dibandingkan akibat kekerasan fisik atau bentrokan.
Baca juga: Momen Kesha Ratuliu Melahirkan Anak Ketiga
“Kalau mereka rajin melatih bela diri agar tak tertembak atau terluka, saya bilang jangan lupa juga menjaga kesehatan. Karena faktanya, lebih banyak yang meninggal bukan karena senjata, tapi karena stroke dan jantung,”tuturnya.
Menkes juga menekankan pentingnya fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah agar masyarakat tidak perlu dirujuk ke luar kota untuk mendapat layanan kesehatan yang memadai. Ia mengakui bahwa proses rujukan ke Pontianak, apalagi hingga ke Jakarta atau luar negeri, sangat memberatkan pasien dan keluarga, baik dari sisi biaya maupun psikologis.
“Oleh karena itu, rumah sakit yang sedang dibangun ini akan dilengkapi dengan peralatan medis penanganan penyakit prioritas,”tuturnya.
Terkait pembangunan RSUD Tuan Besar Syarif Idrus di Kabupaten Kubu Raya, nantinya rumah sakit tersebut akan dilengkapi beberapa fasilitas seperti Penanganan stroke dengan alat CT scan dan Cath Lab, kemudian, untuk penanganan jantung akan disediakan USG ekokardiografi, CT scan, dan Cath Lab untuk pemasangan ring jantung.
Selain itu untuk penanganan kanker akan disediakan Laboratorium patologi anatomi, mamografi, serta fasilitas psikotoxic drug cabinet untuk kemoterapi.
“Sedangkan untuk layanan hemodialisis akan disiapkan infrastruktur untuk cuci darah secara rutin tanpa harus dirujuk,”tuturnya.
Menkes mengatakan, untuk pengadaan alat hemodialisa, pihaknya akan mengupayakan tender secara nasional agar biaya lebih efisien. “Kalau bisa kita sewa per penggunaan saja, jadi rumah sakit tidak perlu pusing beli dan rawat alatnya,”katanya.(net)