Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Berawal dari “mencoba” selanjutnya jatuh cinta secara sesungguhnya bahkan diperbandingkan dengan kampung halaman sebagai tanah kelahiran sendiri.
Coba-coba lebih tepatnya nekad sebagai langkah awal kemudian menjadi cobaan untuk terus memperbaiki diri dalam tumbuh kembang dengan jiwa yang tertanam berupa Jogja, berhati nyaman! Belajar tentang kesederhanaan hidup secara sesungguhnya dengan pengorbanan secara sungguh.
Kampung halaman yang sangat dicintai dengan segala cerita dan pahit manis tidak tergantikan oleh apapun namun kenyataannya diperkorbankan dengan rasa yang tertanam selama belajar tentang kehidupan di Jogja.
Berpikir dan berpikir secara sungguh dalam proses belajar berupa berdinamika secara sedemikian rupa dengan materi-materi belajar, penulis alami selama kuliah secara damai dan kondusif.
Suasana belajar di tanah orang yang jauh dari kampung halaman sendiri mutlak membutuhkan konsentrasi atau fokus selama menempuhnya.
Maka harta sebagai materi penting dan waktu merupakan pengorbanan. Tidak ternafikan, hasil yang didapat akan menjadi bukti dari pengorbanan.
Sebagaimana proses yang ditempuh dalam belajar, suka duka bahkan jiwa menjadi bagian yang tidak tidak terpisahkan.
Kembali kepada Jogja, yang telah mengalami berbagai proses kehidupan, Indonesia menjadi manifestasi dari Jogja yang berproses dalam pembelajaran yang luas dalam lingkup luas seluas nusantara.
Berbagai suku, ras, dan kelompok agama, berbeda menjadi ciri khas yang merupakan bukti kayanya semesta dalam rahmatNya senantiasa menunjukkan lulusannya kepada suatu sudut disebut rindu.
Jika boleh berspekulasi, maka sebab yang paling besar adalah karena Jogja selain alamnya yang kaya adalah sikap masyarakatnya yang terbuka dan senantiasa mengedepankan kedamaian.
Sehingga sikap mendahulukan dan memuliakan khas proses pendidikan terhadap sesama menjadi pilihan. Orang (di) Jogja suka mengalah terhadap berbagai hal yang ada.
Hal ini yang dijadikan nilai untuk ditiru khususnya para lulusan Jogja sebagai agen di kampung halaman tempat putera daerah berasal.
Ego diolah sedemikian rupa dengan sadar bahwa ada tanggungjawab dan harapan akan hasil yang baik di masa depan. Atau mengabdikan diri di sana menjadi pilihan lain untuk menikmati Jogja.
Namun intinya menjaga nilai positif dan menjadikan sikap yang dijelaskan di atas sebagai pilihan utama.
Ilmu yang dipelajari akan dirasakan hasilnya dengan mengharap kemanfaatan kepada yang memegang kunci-kunci perbendaharaan rahmat.