Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah ketidakmerataan kualitas pendidikan.
Beberapa sekolah memiliki fasilitas yang sangat baik, sementara lainnya masih tertinggal.
Selain itu, kurikulum kejuruan di SMK sering kali tidak relevan dengan perkembangan industri, yang menyebabkan lulusan SMK kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya reformasi kurikulum yang berbasis pada kebutuhan pasar kerja dan pelatihan bagi guru untuk mengajarkan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.
Perguruan Tinggi
Di tingkat perguruan tinggi, Sumatera Selatan memiliki 40 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dengan jumlah mahasiswa sekitar 89.124 orang.
Meskipun jumlah perguruan tinggi terbilang cukup banyak, sebagian besar konsentrasi perguruan tinggi terpusat di Palembang, yang menyisakan daerah lain dengan keterbatasan akses pendidikan tinggi.
Selain itu, kualitas pendidikan tinggi di Sumatera Selatan juga belum merata, dengan beberapa perguruan tinggi masih kekurangan fasilitas riset dan dosen berkualitas.
Solusi untuk masalah ini adalah dengan membuka lebih banyak cabang perguruan tinggi di daerah terpencil serta memperkuat kerjasama antara universitas dan industri untuk meningkatkan kualitas riset dan pengajaran.
Pesantren
Pesantren merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan di Sumatera Selatan, terutama dalam membentuk karakter generasi muda.
Di provinsi ini, terdapat 1.073 pesantren dengan sekitar 45.321 santri dan 4.371 tenaga pengajar.
Namun, pesantren di banyak daerah masih menghadapi masalah keterbatasan fasilitas modern dan kurangnya integrasi antara kurikulum umum dan keislaman.
Untuk memperbaiki hal ini, perlu adanya penguatan dana pendidikan untuk pesantren serta pelatihan bagi ustadz dan ustadzah dalam menggunakan teknologi pendidikan yang lebih modern.
Persoalan Utama Pendidikan di Sumatera Selatan
Adapun pokok-pokok peramasalah pendidikan di Sumatera Selatan dapat dikategorikan sebagai berikut, Pertama Ketimpangan Kualitas dan Akses Ketimpangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan menjadi penghalang utama.
Anak-anak di pedesaan sering kali tidak memiliki akses ke pendidikan yang layak. Kedua Kurangnya Guru Berkualitas Banyak guru belum memiliki sertifikasi atau pelatihan memadai.
Di daerah terpencil, kekurangan tenaga pengajar menjadi masalah akut. Ketiga Minimnya Sarana dan Prasarana Pendidikan Tidak semua sekolah memiliki fasilitas dasar seperti perpustakaan, laboratorium, dan akses internet.
Keempat Tingginya Angka Putus Sekolah Faktor ekonomi menjadi penyebab utama putus sekolah, terutama di tingkat SMA. Kelima Rendahnya Literasi Digital Pendidikan di Sumatera Selatan belum sepenuhnya terintegrasi dengan era teknologi digital.
Dalam menangani masalah pendidikan ini, pendekatan Paulo Freire dan K.H. Hasyim As’ari menawarkan perspektif yang relevan. Paulo Freire: Pendidikan Sebagai Alat Pembebasan Paulo Freire menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan.
Pendidikan harus melibatkan masyarakat sebagai subjek aktif, bukan sekadar objek. Di Sumatera Selatan, konsep ini dapat diterapkan melalui Community-Based Education, yakni program pendidikan berbasis komunitas untuk memberdayakan masyarakat pedesaan.
Partisipasi aktif masyarakat dalam pendidikan akan membantu mengatasi ketimpangan.
K.H. Hasyim As’ari Integrasi Akhlak dan Ilmu K.H. Hasyim As’ari menekankan pentingnya pendidikan berbasis akhlak yang seimbang dengan ilmu pengetahuan.
Nilai-nilai ini relevan untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di pesantren.
Dengan pelatihan guru dan penyediaan kurikulum integratif, pesantren dapat menjadi lembaga yang tidak hanya menghasilkan lulusan berakhlak mulia tetapi juga kompeten di bidang ilmu umum.
Solusi Strategis Menuju Sumatera Selatan Emas 2045
Peningkatan Anggaran Pendidikan Pemerintah perlu memperbesar alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur pendidikan, terutama di daerah tertinggal.
Hal ini meliputi pembangunan sekolah, perpustakaan, dan laboratorium. Pertama Program Pendidikan Inklusif Beasiswa penuh harus diberikan kepada anak-anak dari keluarga miskin. Sekolah alternatif juga perlu dibuka untuk menjangkau anak-anak di daerah terpencil.
Kedua Digitalisasi Pendidikan Pembangunan jaringan internet di seluruh wilayah Sumatera Selatan sangat penting untuk meningkatkan literasi digital siswa dan guru. Pelatihan teknologi bagi tenaga pengajar harus menjadi prioritas.
Ketiga Penguatan Pendidikan Karakter Nilai-nilai lokal dan agama perlu diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan formal, seperti yang diusulkan K.H. Hasyim As’ari.
Keempat Reformasi Pesantren Pesantren harus dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan tenaga pengajar yang kompeten. Pesantren juga perlu menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan formal untuk menciptakan sinergi.
Kelima Kerjasama Multisektor Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pendidikan.
Dengan mengatasi permasalahan pendidikan secara sistematis dan menyeluruh, Sumatera Selatan memiliki peluang besar untuk melahirkan generasi emas di tahun 2045.