Seperti Atlantis, Negeri Yang Hilang Cerita Rakyat Kayuagung Melegenda Sejak abad ke-15

oleh

KRSumsel.com, Kayuagung,- Seperti Atlantis, Negeri Silop (dalam bahasa Kayuagung) atau kota yang hilang masih menjadi perbincangan dan pertanyaan kebenarannya. Sejak abad ke-15, Negeri Silop menjadi cerita begitu melegenda di masyarakat Kayuagung OKI, Sumatera Selatan (Sumsel).

Disadur dari berbagai sumber dan situs resmi Morgesiwe.com, di abad ke-15 pada masa Kerajaan Palembang, Kota ini terkenal dengan masyarakat yang agamis dengan memeluk Agama Islam yang taat.

Sekilas dikisahkan di awal abad ke-15 terjadi sebuah pergolakan perebutan kekuasaan yang dibarengi dengan pertentangan masyarakat terhadap masuknya aliran kepercayaan animisme dan agama nasrani yang terusir dari Mesir dan tanah Jawa, kemudian masuk kewilayah penduduk pribumi Kayuagung.

Dimasa itu penduduk Kayuagung yang mendiami dua wilayah dipisahkan oleh aliran sungai yang kini disebut sungai Komering.

Kehidupan penduduk keturunan Mesir terkenal sebagai orang yang kaya raya, sementara mereka yang leluhurnya berasal dari tanah jawa dikenal dengan kesederhanaan, tata krama yang santun dan berjiwa sosial tinggi.

Ada pula suku yang berasal dari suku Lampung ,dan suku Batak Sekala Borak, dimana kelompok ini dikenal dengan kemampuan gaib dan mistis yang cukup kental.

Diantara mereka ada dua bersaudara sepupu dari leluhur berdarah Mesir yang mempunyai kemampuan untuk menutupi pandangan, termasuk orang yang berniat jahat pada merek, bahkan menutupi pandangan orang awam terhadap sebuah kawasan.

Nah, apa hubungan antara kisah diatas dengan Negeri Silop? Yuk kita bahas lagi. Negeri Silop ini adalah pemukiman masyarakat yang menghilang yang disebabkan oleh satu kejadian, sehingga tak terlihat oleh pandangan mata.

Berdasarkan penjelasan Yuslizal salah satu budayawan Kayuagung saat mengisi podcase salah satu akun Chanel youtube, legenda Negeri Silop memang banyak dipercaya oleh masyarakat Kayuagung hingga saat ini.

Baca juga: Provinsi Riau Membutuhkan Bandara Embarkasi Haji

Pada masa abad ke 15 wilayah ini masuk dalam kekuasaan Kerajaan Palembang Darussalam yang Islam nya tergolong fanatic.

Menurutnya Negeri Silop ini sebenarnya bukanlah hal menakutkan atau berkaitan dengan mistis, sebab hingga saat ini tidak ada satupun cerita orang yang tersesat masuk ke Negeri Silop.

Meski keberadaannya masih menjadi misteri, namun harus dianggap sebagai legenda yang turut memperkaya khazanah budaya di Sumatera Selatan.

Di abad 16 ada dua bersaudara Puyang Yusuf dan Sulaiman punya sahabat dari Mesir yang tinggal di Aceh.

Ia menawarkan untuk menjalankan ibadah haji ke tanah suci Mekkah.

Saat mereka hendak pergi, dua Puyang ini merasa khawatir meninggalkan daerah Kayuagung karena dimasa itu tengah dalam penjajahan Belanda.

” Kemudian mereka mendatangi tokoh sakti untuk menjaga wilayah itu, namun tidak ada yang satupun yang sanggup. Lalu Puyang Yusuf dan Sulaiman membuat perjanjian tidak boleh keluar selama mereka berdua berada di Mekkah, kalian bisa melihat orang tapi orang nggak bisa melihat kamu. Dua puyang ini menapakkan tapak kaki dan saat itu daun berguguran dan seketika negeri ini hilang dari pandangan” urainya.

Namun dalam perjalangan ibadah haji dua bersaudara ini yakni Yusuf dan Sulaiman meninggal dunia di Mekkah, sehingga tidak bisa membuka kembali perjanjian negeri itu untuk terlihat kembali oleh pandangan mata. Negeri Silop dalam kisah ini dipercaya berada dikawasan daratan Kelurahan Kedaton sampai daratan Kayuagung Asli.

Yuslizal menuturkan, bahwa Banyak cerita dari masyarakat Kayuagung yang menganggap penghuni Negeri Silop ini terkadang muncul dengan berbagai rupa dan tindakan, ada yang seperti manusia kerdil. Ada yang seola seperti menguji keimanan bahkan menjatuhkan seseorang.

” Sekitar tahun 1970 an, ada seorang ibu yang miskin punya anak banyak. Tiba-tiba ada nenek nenek mampir ke rumah minta rokok. Nenek tersebut mengembalikan rokok dalam kotak, Ketika dibuka ternyata berisi uang. Anehnya uang ini semakin diambil makin bertambah ” ucap Yuslizal.

Lain halnya kisah masyarakat yang melihat ibu-ibu pengemis mendatangi rumah warga, dengan bermaksud meminta makanan. Tapi, tidak diberikan pemilik rumah.

” dia meminta beras, namun sang ibu pemilik rumah tidak menggubris pengemis tersebut, namun anak pemilik rumah kemudian yang memberi beras untuk si pengemis. Berselang waktu musibah kebakaran di rumah terjadi, semua penghuni rumah ikut menjadi korban dan hanya anak pemilik rumah yang memberikan beras itu selamat ” Tukasnya. (Lucky Wijaya)