Ledakan Massal Penyeranta di Lebanon Tewaskan 9 Orang dan Ribuan Terluka

oleh

Istanbul, KRSUMSEL.com – Sembilan orang termasuk seorang anak tewas dalam ledakan massal perangkat komunikasi nirkabel yang dikenal sebagai penyeranta (pager) di sejumlah wilayah di Lebanon. Demikian kata Menteri Kesehatan Lebanon Firas Al-Abiad, Rabu (18/9).

Sebanyak 2.750 lainnya juga terluka, termasuk 200 diantaranya dalam kondisi kritis. Ini menurut data jumlah korban awal sesuai dalam konferensi pers di Beirut.

Al-Ablad mengatakan kepada Anadolu, ratusan orang terluka dalam ledakan masal perangkat tersebut di seluruh Lebanon, Selasa (18/7/9). Media Lebanon menduga perangkat tersebut meledak setelah Israel meretas sistem komunikasi.

Sementara itu, Hizbullah mengkonfirmasi dua anggotanya ikut tewas dan beberapa terluka dalam ledakan masal itu.

“Sekitar pukul 3:30 siang (8:30 malam WIB) pada Selasa, 17 September 2024, beberapa perangkat penyeranta yang digunakan oleh berbagai anggota unit dan lembaga Hizbullah meledak,”kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Berikut 45 Anggota DPRD OKI Periode 2024-2029 yang Baru Dilantik

Kelompok tersebut menganggap Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas ledakan nirkabel tersebut dan bersumpah akan melakukan balasan yang adil dari pihak yang tak terduga terhadap Tel Aviv.

Namun belum ada tanggapan dari Israel mengenai insiden tersebut. Topaz Luk selaku penasihat dekat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah unggahan di X, Israel berada di balik ledakan perangkat radio nirkabel di seluruh Lebanon, namun dia kemudian menghapus unggahan tersebut.

Namun, kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang memisahkan perdana menteri dari unggahan penasihatnya. Kementerian Kesehatan Lebanon sebelumnya mendesak semua warga negara yang memiliki perangkat komunikasi penyeranta untuk segera membuangnya.

Ledakan massal itu terjadi di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.(net)