Solidaritas merupakan bentuk prilaku dalam masyarakat berupa sikap peduli terhadap penderitaan orang lain. Solidaritas merupakan nilai kebangsaan dalam Pancasila yang selalu bergandingan dengan nilai toleransi.
Solidaritas ini tentunya sudah menjadi ciri khas yang sudah dibangun oleh masyarakat desa secara turun-temurun.
Sebenarnya tradisi ini bukan saja dianut masyarakat suatu desa saja tapi berdasarkan pengalaman yang sering kita jumpai dimasyarakat terutama di Sumatera Selatan tradisi gotong royong sudah membumi atau dianut secara psikologis oleh semua masyarakat.
Tetapi saya akan menceritakan pengalaman yang inspiratif ketika kita berkunjung di desa-desa yang ada di Kecamatan Jarai Pagaralam.
Saya sebenarnya adalah salah seorang penduduk desa karena semenjak kecil sampai menjelang Masa SMP saya masih sering pulang ke desa dan setelah SMP saya melanjutkan pendidikan dikota untuk menimbah ilmu yang lebih baik.
Tetapi, yang menjadi pelajaran bagi saya bahwa tradisi di desa saya tidak sehebat apa yang saya temui di desa-desa di Kecamatan Jarai Pagaralam.
Padahal Desa saya sebenarnya tidak begitu jauh dari Pagaralam yaitu tepatnya saya tinggal didesa Pinang belarik Muara Enim yang tradisinya tidak jauh berbeda dengan adat daerah Pagaralam.
Baca juga : Satbintibmas Polres Muba Berhasil Temukan Gadis yang Hilang
Tetapi pengalaman yang akan saya ceritakan ini menjadi kenangan, pelajaran dan pengalaman yang tidak bisa dilupakan dan menurut saya belum ada dilaksanakan seperti di daerah lain.
Pada suatu hari sekitar satu tahun yang lalu saya mendapat kabar duka dari adik ipar saya dari desa Pelajaran Kecamatan Jarai Kotamadya Pagaralam.
Berita itu adalah berita kematian yang dialami oleh adik ipar saya karena sakit.
Selanjutnya karena berita kematian sore hari maka otamatis tidak keburu untuk dimakamkan pada hari tersebut, sehingga harus dimakamkan esok harinya.
Maka kami sekeluarga dari Palembang langsung pada malam tersebut berangkat ke Pagaralam yang memakan waktu tempuh sekitar 6 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi.
Berdasarkan kebiasaan maka keluarga musibah tentunya menunggu keluarga dekatnya baru dilakukan pemandian Jenazah, tetapi alangkah terkejutnya saya dan kerabat yang lain yang mengikuti perjalanan ke Pagaralam dimana jarak tempuh kami sekitar satu jam lagi secara tiba-tiba dikabari oleh suami adik ipar saya dan anaknya bahwa sebentar lagi jenazah harus segera dimandikan.
Istri saya sebagai kakaknya bersikeras agar dimandikan setelah kami tiba di desa mereka tetapi mereka tetap ngotot bahwa jenazah harus segera dimandikan dan segera dikafani.
Mulai dari sini kami sekeluaga dari Palembang memiliki pertanyaan yang sangat besar ada apa, kenapa, dan mengapa.
Karena terus terang kami belum pernah menyaksikan atau mendengar cerita turun-temurun yang sudah menjadi tradisi masyarakat setempat dalam menyelenggarakan atau mengurus jenazah.
Baca juga : Lagi, Juairiah Kunjungi Masyarakat Dapil II OKI
Singkat cerita kami masih bisa berpartispasi atau ikut memandikan adik ipar saya walaupun masyarakat setempat sudah bersiap dari tadi.
Dan mulailah cerita dimulai dan diketahui bahwa masyarakat di desa Pelajaran atau Nantigiri Kecamatan Jarai Kotamadyah Pagaralaman bahwa bila ada kematian maka biasanya dilakukan rangkaian tradisi adat yang sudah dianut.
Pertama-tama Jenazah dimandikan terus dikafani atau dibungkus.
Selanjutnya Jenazah sebelum disholatkan, jenazah diletakkan ruangan tengah rumah untuk dijadikan pengantin artinya tuan rumah siap untuk menerima tamu untuk mendoakan secara bergantian sampai waktunya sudah tiba untuk di sholatkan dan diantar ke liang lahat.
Kedua, setiap tamu yang hadir memiliki beberapa kebiasaan atau adat yang sudah digariskan oleh adat mereka yaitu pertama mereka membawa buku kehadiran yang kemudian diparaf oleh pengurus atau panitia dan masing-masing pelayat membawa 1 atau 2 ekor ayam ditambah beras satu wadah dan lainnya serta dua atau tiga batang kayu bakar serta uang yang dimasukkan dalam sebuah wadah dengan seikhlasnya kesemuanya dikasih dengan panitia atau pengurus juga.
Ketiga, mereka tamu dipersilakan makan ditempat yang sudah disiapkan yang merupakan maskan hasil kerja bersama masyakat. Seterusnya mereka duduk dikursi menunggu persiapan acara pelepasan jenazah. Keempat, dilakukan upacara pelepasan oleh pengurus adat diawali oleh kata sambutan tuan rumah, pemerintah setempat dan wakil dari tamu atau pelayat.
Berikut tahap terakhir yaitu jenazah disholatkan di Masjid dan diantar keliang lahat oleh keluarga dan masyarakat. Sebenarnya adik saya tergolong masyarakat biasa bukan orang yang memiliki kedudukan di desa tersebut. Tatapi karena ini adalah adat maka otomatis sistem penyelenggaraan jenazah harus dilakukan dan diikuti sesuai dengan adat kebiasaan.
Baca juga : Sengketa Lahan Plasma, PT. GBS Pastikan Pengelolaan Sudah Sesuai Aturan
Saya sebagai keluarga dekat cukup terkesan bahkan merasa bahagia karena begitu banyaknya pelayat atau tamu yang hadir. Tamu tersebut setelah saya tanyakan dengan saudara suami adik ipar saya ternyata banyak juga yang mereka tidak kenal tetapi mereka merasa bagian dari desa setempat.