Alhamdulillah berkat pertolongan Allah, tubuh saya fit kembali dan tenaga pulih seperti sedia kala, seakan tidak sadar bahwa sebelumnya saya hampir pingsan kehabisan tenaga. Terima kasih juga kepada teman-teman saya yang telah banyak membantu dan memberi semangat.
Selepas itu, perjalanan kemudian kami lanjutkan dengan diiringi kabut yang semakin tebal menyelimuti perjalanan kami. Senter yang kami bawa pun kami nyalakan untuk menerangi jalan di depan kami.
Di perjalanan berkabut ini kami mesti melewati jalur-jalur yang cukup menantang dan harus berhati-hati, karena jalur cukup sempit, melewati pinggir jurang dan rawan longsor. Setelah itu kami juga melewati beberapa tempat-tempat mistis seperti lokasi tempat petilasan atau makam. Petilasan atau makam tersebut diantaranya yaitu petilasan Nakula, Sadewa dan Puntadewa.
Setelah melewati jalur pendakian yang lumayan curam dan melelahkan, akhirnya sampailah kami di puncak tertinggi gunung Muria. Kira-kira 3 jam waktu kami habiskan untuk mendaki dan tepat jam 6 kurang seperempat kami sampai di puncak songolikur.
Setibanya di puncak, kami disambut dengan gerbang gapura yang dipasangi bendera merah putih di kedua sisinya. Di puncak ini, tepatnya setelah gapura, ada juga sebuah bangunan yang bentuknya menyerupai bangunan suci bagi umat Hindu atau Budha.
Di puncak songolikur ini, ternyata hanya kami berlima pendaki yang baru tiba di sana. Kami tidak mendirikan tenda di puncak ini, karena memang disana sudah disediakan gubug-gubug berdinding dan beratap seng untuk para pendaki yang bermalam. Dan uniknya lagi di puncak songolikur ini ada sebuah warung yang dijaga oleh seorang bapak. Kami juga sempat mengobrol dengan bapak itu sembari membeli minuman kopi di warung tersebut.
Kami memilih sebuah gubuk yang lumayan luas untuk tempat kami bermalam. Tidak lupa kami sholat maghrib berjamaah dan kemudian memasak mie instan untuk mengisi perut kami. Setelah menyantap mie dan perbekalan jajanan yang kami bawa, kami sholat isya dan langsung bergegas tidur karena di luar juga sedang gerimis.
Pada tengah malam atau sekitar jam 1 dini hari, terdengar beberapa rombongan yang baru tiba di puncak. Rombongan berisi 3 orang akhirnya berbagi ruang bersama kami di gubuk yang lumayan luas itu.
Pagi-pagi sekali setelah shubuh, suasana puncak berubah menjadi sangat ramai. Kami berlima dan rombongan-rombongan lain berjalan menuju sudut puncak untuk menikmati sunrise matahari pagi. Sungguh indah pemandangan di atas puncak songolikur ini. Subhanallaah…. Setelah puas berada di puncak, sekitar jam 8 pada hari minggu pagi, akhirnya kami memutuskan untuk turun gunung. (santos)