Krsumsel.com – Awalnya berasal dari satu cuitan seorang fotografer di Billings di Montana, insiden balon udara China membesar hingga memaksa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken membatalkan kunjungan ke China yang seharusnya dilakukan awal Februari ini.
Billings adalah sebuah kota di negara bagian Montana di pedalaman AS. Negara bagian ini sejajar ke barat dengan negara bagian Idaho dan Washington yang bertepi Samudera Pasifik. China dan Asia terpisahkan dari AS dan benua Amerika oleh samudera itu.
Chase Doak, nama sang fotografer, mengabadikan sebuah benda bulat putih besar yang terbang pelan di langit dengan lensa tele 500 milimeter. “Jujur. Awalnya saya kira ini UFO (piring terbang). Ternyata balon mata-mata China!” cuit Doak, menerangkan fotonya itu dalam Twitter pada 3 Februari.
Semula tak banyak yang tertarik dengan cuitan Doak. Yang “like” pun cuma ratusan. Namun, setelah dikupas pers, cuitan itu viral sampai mengusik orang-orang penting seperti mantan presiden Donald Trump. Apalagi cuitan ini memuat dua kata sensitif di AS, yakni “mata-mata” dan “China”.
“Tembak jatuh balon itu,” seru Trump dalam platform media sosialnya, Truth Social. Seruan serupa juga diterbitkan oleh New York Post. Koran berkecenderungan kanan milik Rupert Murdoch ini menurunkan headline berjudul “Pecahkan balon ini!”.
Akhirnya, pemerintahan Presiden Joe Biden tegas bersikap. Sabtu 4 Februari objek itu pun dirudal oleh jet tempur berteknologi siluman, F-22, di atas pantai South Carolina setelah balon terbang berhari-hari di wilayah udara AS dalam ketinggian 18.300 meter.
South Carolina adalah negara bagian bertepi Samudera Atlantik. Artinya, balon udara China itu telah melintasi wilayah AS dari pesisir baratnya yang bertepi Samudera Pasifik sampai pesisir timurnya yang bertepi Samudera Atlantik.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menegaskan benda terbang yang disebutnya tak berawak dan tak berbahaya itu, tanpa sengaja masuk wilayah udara AS. Insiden Sendai Balon yang disebut-sebut membawa wahana intelijen ini berukuran setara tiga bus. Tingginya 61 meter dan bisa membawa muatan hampir satu ton.
Sejumlah kalangan Barat menganggap insiden ini bentuk kecerobohan China ketika saat bersamaan mereka tengah menunggu kedatangan Antony Blinken dalam momen yang sesungguhnya dinantikan China, di tengah hubungan yang genting antara keduanya, khususnya karena masalah Taiwan.
Sebagian kalangan lainnya menduga insiden ini sudah direncanakan China sehingga pernyataan China bahwa balon ini tak sengaja terbang ke wilayah AS, dianggap pembelaan semata.
Netizen AS bahkan menyindir dalih China bahwa balon itu terbang untuk keperluan misi penelitian meteorologi. Salah satunya dengan sinis bertanya, “mengapa China peduli banget kepada kondisi cuaca di sini (AS), bukan negerinya sendiri?”.
Kemudian, citra resolusi tinggi yang dibuat pesawat mata-mata U-2 yang terbang melewati balon udara itu sebelum ditembak jatuh, justru menunjukkan ada peralatan mata-mata di dalam balon itu. Ini membantah klaim China bahwa benda itu tengah meneliti cuaca.
Saat ditanya wartawan apakah Presiden China Xi Jinping mengetahui insiden ini, Antony Blinken secara implisit menyatakan pemerintah China memang mengetahuinya sehingga harus bertanggung jawab.
Blinken malah menyatakan telah membagikan hasil penaksiran AS mengenai balon China ini dengan sekutu-sekutu Amerika di seluruh dunia. Yang terjadi kemudian, balon raksasa itu tidak hanya satu yang terbang di atas AS. Masih ada yang terbang jauh hingga ke selatan benua Amerika.
Muncul pertanyaan, apakah insiden semacam ini baru kali ini terjadi atau sudah lama, setelah Jepang mengaku pernah juga melihat balon serupa itu terbang di atas wilayahnya pada 2020.(net)