Kendalikan Inflasi dari Lahan Bekas Tambang di Babel 

oleh
oleh
Bangka Belitung

Krsumsel.comProvinsi Kepulauan Bangka Belitung terus mengembangkan inovasi pertanian. Salah satunya melalui “Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen” di lahan bekas penambangan bijih timah untuk mengendalikan inflasi di pulau penghasil timah nomor dua terbesar di dunia itu.

Gerakan tanam pangan cepat panen seperti padi, cabai, bawang merah, jagung, sayur mayur, buah-buahan hingga budidaya ikan air tawar yang tengah digencarkan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) bersinergi dengan PT Timah Tbk, Bank Indonesia dan instansi terkait lainnya. 

Penanaman dilakukan di lahan bekas penambangan bijih timah itu tidak hanya ampuh untuk mengendalikan inflasi daerah, tetapi juga efektif meningkatkan perekonomian masyarakat desa. 

Inovasi pertanian dengan mengubah ribuan petak bekas tambang telantar menjadi lahan produktif ini, sebagai tindak lanjut arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terkait pengendalian inflasi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM

Pemprov Babel sudah menyampaikan pengembangan pertanian cabai dan bawang merah di lahan bekas tambang ini kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan KSP mendukung program tersebut untuk mengendalikan inflasi.

Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya cabai dan bawang merah, Bangka Belitung masih mengandalkan pasokan dari daerah-daerah sentra produksi di Pulau Jawa dan Sumatera. Babel memang masih mengandalkan pasokan pangan dari luar daerah karena produksi petani lokal yang masih terbatas.

Bupati Bangka Mulkan berkomitmen mengelola lahan bekas tambang biji timah untuk pengembangan sektor pertanian sebagai upaya pihaknya memperkuat ketahanan pangan untuk mengendali inflasi.

“Saat ini sudah terdapat 500 hektare lebih lahan bekas tambang bijih timah di Kabupaten Bangka yang sedang dikembangkan untuk pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan,”ujar bupati, Senin (19/9). 

Ratusan hektare lahan bekas tambang tersebut belum semuanya dikembangkan oleh masyarakat dan hanya baru puluhan hektare yang sudah dimanfaatkan untuk area tanaman padi sawah, cabai, bawang, jagung, dan tanaman palawija cepat panen lainnya.

Untuk lahan bekas tambang bijih timah yang sulit air, di area ini dapat dikembangkan tanaman buah-buahan seperti, jambu, durian atau tanaman buah lainnya yang dianggap cocok dengan unsur tanah tersebut.

“Kami berharap kegiatan ini bisa membantu meningkatkan ketahanan pangan lokal sekaligus mengendalikan inflasi,”kata Kepala Kantor Perwakilan BI Babel Budi Widihartanto.(net)