KRSUMSEL.com – Kurang lengkap rasanya jika pulang traveling tidak membawa buah tangan atau oleh-oleh. Biasanya, buah tangan dapat ditemui berupa makanan atau sesuatu benda khas dari tempat yang kita kunjungi.
Nggak melulu untuk orang lain, cendera mata yang dibawa juga bisa kita nikmati untuk diri sendiri atau bareng anggota keluarga di rumah.
Jika sebuah yang merupakan kerajinan khas dari kota tersebut, kamu bisa jadikan benda itu pajangan atau digunakan sesuai fungsinya. Sebut saja seperti kain, sarung bantal, tempat makan, dan masih banyak lagi.
Begitu juga jika kamu mengunjungi Garut, sebuah kabupaten di Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, Tasikmalaya, dan Majalengka.
Buat kamu yang berangkat dari Jakarta, kamu akan menempuh kurang lebih 6,5 jam menggunakan mobil atau bus melewati jalur tol untuk menuju Garut.
Menawarkan ragam pilihan destinasi wisata serta cendera mata yang khas, di Garut kamu bisa dapatkan panorama perbukitan indah, budaya yang begitu kental, hingga sektor ekonomi kreatif sebagai daya tarik para wisatawan.
Dijuluki sebagai Swiss van Java, kamu pun wajib datang ke sini dan jangan lupa membawa oleh-oleh khas garapan ekonomi kreatif. Apa saja, ya?
Kerajinan Akar Wangi
Diketahui, Akar Wangi masih satu keluarga dengan serai dan padi mempunyai nama ilmiah Vetiveria zizanioide dan hanya tumbuh subur di tiga wilayah di seluruh dunia, yaitu Haiti, Jamaika, dan Indonesia, tepatnya di Garut.
Menariknya lagi dalam bidang kesehatan, akar wangi sering dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi, rematik, dan penghilang bau mulut.
Bahkan, daun dan batangnya juga bisa digunakan untuk bahan baku kerajinan. Beberapa kerajinan yang dibuat dari akar wangi di antaranya tas, pajangan dan boneka anyaman akar yang berbentuk domba.
Selain dijadikan bahan kerajinan, akar wangi juga digunakan sebagai bahan pembuat aroma terapi. Hal ini dikarenakan akar wangi mengandung minyak asitri yang berfungsi melemaskan syaraf otak dan anggota tubuh.
Sebagai penghasil akar wangi terbesar di Indonesia, Garut memasok akar wangi ke seluruh Indonesia. Bahkan, akar wangi dari Garut juga diekspor ke beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Keren!
Sementara, untuk harga kerajinan akar wangi ini cukup bervariasi mulai dari puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah. Semua ini tergantung jenis kerajinan dan tingkat kerumitan pada proses pembuatannya.
Dodol Garut
Jajanan satu ini tampak sudah tidak asing lagi buat kamu yang tinggal di luar Garut.
Manis dan legit sudah jadi ikon Garut yang bahkan kepopulerannya tersebut menjadikan Garut akhirnya dijuluki sebagai Kota Dodol.
Dodol khas Garut ini dapat dengan mudah ditemukan di seantero Garut. Ada berbagai variasi rasa seperti dodol wijen, dodol kacang, serta aneka dodol dari buah-buahan seperti nanas, nangka, stroberi, hingga rasa durian.
Kecap Manis Cap Kuntji
Bagi masyarakat Garut, kecap manis cap Kuntji yang telah hadir sejak tahun 1960-an memang seakan menjadi bagian yang tak mungkin bisa dilepaskan dari kuliner yang mereka hasilkan sejak lama.
“Setiap kuliner khas Garut yang terkenal gurih, asam dan manis harus menggunakan campuran kecap manis cap Kuntji’ begitu para warga Garut menyebutnya.
Kepopuleran kecap manis satu ini dimulai ketika didirikannya perusahaan Tin-Tin yang konon berhasil berdiri karena berawal dari keuletan dan tangan dingin pasangan suami istri Lie Ma Pan dan Tan Soe Ing.
Sebagai hasil dari buah kerja keras dan keuletan mereka, sekarang pabrik Tin-Tin tak hanya mempropduksi kecap unggulan seperti kecap manis cap Kuntji, tapi mengeluarkan berbagai jenis kecap lain dengan merek dagang berbeda, seperti kecap cap Angsa, Hade, Selera, Sarasa, kecap Asin cap Haremis, hingga produk cuka makan dengan merek Cabe.