KRSUMSEL.com – Dimunculkan oleh para mahasiswa pro tentara, istilah Orde Baru sempat tak membuat nyaman Bung Karno.
Saat menjelang detik-detik kejatuhannya, Presiden Sukarno sempat ‘dibingungkan’ dengan istilah ‘orde baru dan orde lama’. Dalam setiap kesempatan ada saja wartawan luar negeri yang menanyakan soal itu kepadanya. Hingga pada suatu hari dia pernah mengeluhkan soal tersebut kepada salah seorang sahabatnya Muriel Stuart Walker alias Ktut Tantri di Istana Bogor.
Ktut yang datang bersama Dewi A. Rais Abin, disambut hangat oleh Bung Karno. Terjadilah perbincangan kecil yang sempat direkam oleh Dewi dalam bukunya, Hidajat: Father, Friend and A Gentleman.
“Ktut, nowadays we have Old Order and New Order! (Ktut, sekarang ini kita memiliki dua masa: Orde Lama dan Orde Baru!)” ujar Bung Karno secara tiba-tiba.
“I don’t mind Bung, whatever there is Old Order or New Order as long as there is order (Mau Orde Lama atau Orde Baru, selama ada tata tertib dan ketentraman, itu tidak masalah Bung)” jawab Ktut.
Pencetus Awal Istilah Orde Baru
Sesungguhnya istilah Orde Baru mulai dimunculkan dalam Musayawarah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada 17-21 Juli 1966. Para mahasiswa pro tentara itu menyebut sebuah istilah yang mengacu kepada suatu sistem atau cara berpikir, bersikap dan bertindak yang selaras dengan aspirasi perjuangan dan perkembangan masyarakat serta nilai-nilai peradaban manusia. Sistem itu bernama Orde Baru.
Orde Baru adalah lawan dari Orde Lama. Itu nama sebuah sistem atau cara berpikir, bersikap dan bertindak yang tidak sesuai dengan aspirasi perjuangan dan perkembangan masyarakat serta nilai peradaban manusia, kata para aktivis KAMI.
Kurang lebih satu bulan kemudian, Seminar Angkatan Darat (AD) di Bandung mengangkat isu itu sebagai tema. Lewat pidato Jenderal Soeharto sendiri, pihak tentara mulai menghembuskan istilah itu sebagai orde yang harus didukung penuh.
Menurut jurnalis senior Jopie Lasut, awalnya istilah ‘Orde Baru’ sendiri terlontar dari mulut Jenderal A.H. Nasution. Sebutan itu dimunculkan guna membedakan dengan Orde Lama yang merupakan orde pemerintahan Sukarno.
“Orde Baru terbentuk dengan dukungan generasi muda dan sebagian tentara yang tidak mau melanjutkan Demokrasi Terpimpin…” ungkap Jopie Lasut dalam bukunya, Kesaksian Seorang Jurnalis Anti Orde Baru: Malari melawan Soeharto dan Barisan Jenderal Orde Baru.
Jenderal Nasution sendiri tak pernah mengakui secara tegas bahwa istilah Orde Baru adalah ciptaannya. Dia malah menyebut, istilah Orde Baru dan Orda Lama mulai populer dalam sidang-sidang yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada awal 1967.
“Orde lama sebagai yang menyelewengkan UUD dan Orde Baru sebagai pengoreksi,” ungkap Nasution dalam otobiografinya, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 7: Masa Konsolidasi Orde Baru.