Perang Enam Hari dan Negara Palestina Saat Ini
Perang Enam Hari dipicu selama periode gesekan diplomatik yang bergejolak dan pertempuran kecil antara Israel dan tetangganya. Pada bulan April 1967, bentrokan memburuk setelah Israel dan Suriah terlibat pertempuran udara dan artileri yang ganas di mana enam jet tempur Suriah dihancurkan.
Setelah pertempuran udara April, Uni Soviet memberi Mesir intelijen bahwa Israel sedang memindahkan pasukan ke perbatasan utara dengan Suriah dalam persiapan untuk invasi skala penuh.
Informasi itu tidak akurat, tetapi bagaimanapun, itu mampu menggerakkan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser untuk memajukan pasukan ke Semenanjung Sinai, di mana mereka mengusir pasukan penjaga perdamaian PBB yang telah menjaga perbatasan dengan Israel selama lebih dari satu dekade.
Pasukan Pertahanan Israel kemudian melancarkan serangan udara terhadap Mesir pada 5 Juni 1967. Konflik ini menarik Yordania dan Suriah untuk berada pada pihak Mesir. Namun sayangnya, perang enam hari ini, pada memberikan keuntungan besar pada pihak Israel. Di mana Israel menguasai Jalur Gaza, Tepi Barat, Semenanjung Sinai
Penyebab konflik Israel Palestina yang dimulai sejak tahun 1947 pun tahun demi tahun, masih tetap berlanjut. Kemarahan warga negara Palestina juga semakin meluap setelah pendudukan Israel berlangsung di Gaza dan Jalur Barat. Beberapa kesepakatan pun berhasil dilakukan, namun tidak kunjung memberikan keleluasaan dan kebebasan Palestina secara penuh.
Hingga kini, Palestina masih berjuang untuk menjadi negara resmi yang diakui oleh semua negara. Meskipun orang-orang Palestina menduduki daerah-daerah penting, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza, beberapa orang Israel, dengan izin pemerintah mereka, terus menetap di daerah-daerah seharusnya menjadi hak Palestina.
Banyak kelompok hak asasi internasional menganggap pemukiman seperti itu ilegal, perbatasan tidak jelas, dan konflik terus-menerus berlanjut. Pada Mei 2017, para pemimpin Hamas memberikan dokumen yang mengusulkan pembentukan negara Palestina menggunakan perbatasan yang ditentukan tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Namun, kelompok tersebut menolak untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara, dan pemerintah Israel segera menolak rencana tersebut.
Pada Mei 2018, ketegangan meletus ketika Kedutaan Besar AS pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem. Merasa ini sebagai sinyal dukungan Amerika untuk Yerusalem sebagai ibu kota Israel, warga Palestina menanggapi dengan protes di perbatasan Gaza-Israel. Pada unjuk rasa itu, mengakibatkan kematian puluhan pengunjuk rasa.
Sementara begitu banyak sejarah Palestina telah melibatkan pertumpahan darah, perpindahan, dan ketidakstabilan, banyak pemimpin dunia terus bekerja menuju resolusi yang akan menghasilkan perdamaian di seluruh kawasan.