Universitas Pertamina Gandeng Universiti Petronas Kembangkan Baterai Mobil Listrik Berbasis Sodium dan Aluminium

oleh
IMG-20220304-WA0021

Diketuai oleh Sylvia Ayu Pradanawati, Ph.D, tim peneliti Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina menawarkan solusi pemanfaatan sodium dan aluminium sebagai baku utama pembuatan baterai pengganti lithium.

“Selama satu tahun terakhir, tim melakukan pengembangan baterai dengan cara menggantikan elektrolit cair menjadi polimer elektrolit berbahan baku sodium dan aluminium. Selain untuk mendapatkan aternatif bahan baku baterai, elektrolit yang dibuat oleh tim juga terbukti lebih tahan pada suhu tinggi, dibandingkan elektrolit cair. Harganya juga lebih ekonomis,” Ungkap Sylvia dalam wawancara daring, Rabu (02/03).

Selain itu, menurut Sylvia dan tim, jumlah sodium dan aluminium di alam jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan lithium yang sangat terbatas. Sehingga, ketersediaannya akan lebih berkelanjutan. Menjadikan inovasi Sylvia dan tim ideal untuk tujuan jangka panjang. Harganyapun lebih ekonomis. Bala Pachayappa, CEO Sodion Energy, menyebutkan baterai sodium-ion lebih murah 30 hingga 40 persen dibanding baterai lithium-ion.

Proses pembuatan elektrolit baterai tersebut, lanjut Sylvia, cukup sederhana. Garam sodium dan aluminium dilarutkan dengan sebuah zat pelarut (solvent) untuk kemudian dicampurkan dengan polimer tertentu.

“Polimer yang digunakan oleh tim, berbahan baku alami dari alam yang tentu lebih ramah lingkungan. Sifatnya tidak beracun dan memiliki gugus pasangan elektron bebas yang dapat dijadikan elektrolit polimer dengan nilai konduktivitas ion yang baik. Setelah polimer ini digunakan, diharapkan limbah tersebut dapat didaur ulang serta digunakan sebagai aplikasi yang lain, salah satunya sebagai koagulan pada proses pemurnian air,” tutur Sylvia.

Untuk melengkapi polimer tersebut, tim peneliti juga menambahkan fly ash atau abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran limbah dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). “Fly ash ini berfungsi sebagai filler yang dapat meningkatkan konduktivitas polimer. Pemanfaatan limbah dan garam yang murah ini, diharapkan dapat mengurangi biaya pembuatan baterai serta memperluas aplikasi baterai,” ujar doktor alumni dari National Taiwan University of Science and Technology, tersebut.