Jakarta, KRSumsel.com – Universitas Pertamina, 23 Februari – Melansir data dari Kementerian Kesehatan, penyanitasi tangan (hand sanitizer) menjadi salah satu komoditas yang penjualannya meningkat selama masa pandemi selain masker dan thermometer. Peningkatan permintaan penyanitasi tangan tercatat naik sekitar 955 persen sejak Februari 2020. Di awal pandemi, produk penyanitasi tangan juga sempat dilanda kelangkaan.
Sementara itu, survey yang dilakukan oleh platform pembanding harga, Telunjuk.com, menunjukkan di awal pandemi terjadi kenaikan harga produk penyanitasi tangan di berbagai e-commerce hingga 81,12 persen. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui surat edarannya kemudian menghimbau masyarakat untuk memproduksi penyanitasi tangan sesuai pedoman World Health Organization (WHO), yakni dengan mencampurkan berbagai bahan kimia yang dianggap efektif untuk membunuh kuman seperti alkohol, hidrogen peroksida, dan gliserol.
Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina, Dr. Suharti, S.Pd., MSi., mengatakan, terdapat alternatif metode pembuatan penyanitasi tangan berbahan limbah rumah tangga yang mudah dan murah. “Limbah yang bisa dimanfaatkan adalah sisa sayuran dan buah-buahan yang sudah melalui proses fermentasi. Efektivitasnya setara dengan produk serupa berbahan dasar kimia,” ungkap Suharti dalam wawancara daring, Jumat (25/02/2022).
Suharti dan tim peneliti yang terdiri dari asisten laboratorium dan mahasiswa Program Studi Kimia, telah mengembangkan metode pembuatan penyanitasi tangan dengan bahan limbah rumah tangga ini sejak bulan Juli 2021. Proses pembuatan produk penyanitasi tangan ini dilakukan di Laboratorium Kimia Terintegrasi Universitas Pertamina dan saat ini telah menghasilkan 100 liter penyanitasi tangan.
Proses pembuatan penyanitasi tangan berbahan limbah rumah tangga ini cukup sederhana. Sampah sayuran dan buah-buahan terlebih dahulu dibersihkan, kemudian direndam dengan gula merah atau molase, lalu disimpan pada ember yang tertutup. “Proses fermentasi ini dilakukan untuk mendapatkan eco-enzim, yang memiliki fungsi seperti alkohol yakni sebagai desinfektan. Semakin beragam limbah sayur dan buah yang digunakan, semakin beragam endofit atau mikroorganisme untuk menghasilkan eco-enzim,” tutur Suharti.