Berhasil debut di BTS, bukan berarti rintangan Jimin selesai. Setelah debut dia banyak menerima hujatan dari netizen korea maupun netizen internasional. Mereka menyebut Jimin tidak memiliki kualitas yang bagus untuk standar K-POP. Bahkan, tidak sedikit juga orang yang menyuruh Jimin untuk keluar saja dari grup BTS. Namun sekali lagi Jimin berhasil membuktikan bahwa dia memiliki kualitas yang baik. Terbukti Jimin selalu menjadi ranking pertama brand reputation Korea Selatan.
Penetrasi Budaya
Munculnya budaya k-pop di Indonesia ini menciptakan “Hallyu” atau “Demam Korea” dikalangan remaja Indonesia. Adanya “Hallyu” ini membuat para remaja Indonesia menjadi sosok yang fanatik terhadap k-pop, sehingga mereka rela mempelajari kultur budaya Korea Selatan selaku negara yang menyebarkan k-pop. Para remaja yang menggandrungi k-pop ini seringkali melupakan kearifan lokal negara sendiri. Alhasil, beberapa penggemar k-pop ini lebih percaya diri menggunakan kultur budaya Korea Selatan dibandingkan budaya Indonesia sendiri.
Mengapa penyebaran k-pop di Indonesia ini begitu cepat? Jawabannya adalah internet, era 4.0 membuat semua orang bisa dengan mudah mengakses internet hanya dari jemari. Melalui perkembangan k-pop yang begitu pesat melalui boyband dan girlband yang menarik minat remaja Indonesia, dengan menawarkan musik serta paras dari member boyband dan girlband yang menarik perhatian remaja Indonesia. Proses itu akhirnya melahirkan penetrasi budaya, yaitu masuknya pengaruh suatu kebudayaan kebudayaan lain. Dimana penetrasi Budaya K-Pop ini masuk dengan damai, karena penerimaan kebudayaan ini tidak mengakibatkan konflik di masyarakat.
Fanatisme K-popers Terhadap Budaya Idolanya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), fanatisme adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang kuat terhadap suatu ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Fanatisme sendiri bisa disebut orang yang menyukai sesuatu secara berlebihan. Kpopers yang memiliki jiwa fanatik ini mengalami perubahan kultur budaya yang menimpa remaja Indonesia ini terlihat dari penggunaan bahasa, gaya berpakaian, dan makanan. Mulai dari cara menyapa yang menggunakan kata “annyeonghaseo”, terkejut “omona”, benarkah? “jinjjayo?”, tidak tahu “molla”, dan beberapa kata Korea yang populer dikalangan penggemar k-pop Indonesia.
Penggunaan bahasa populer Korea ini membuat penggunaan bahasa daerah makin merangkak mundur. Selain gaya bahasa yang lambat laun berubah, gaya berpakaian para remaja k-pop ini lebih condong ke Korean Style. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki gaya berpakaian remaja masa kini bisa terbilang aneh. Untuk makanan Korea Selatan yang terkenal dikalangan fans seperti bulgogi, kimchi, ramyeon, bibimbap, dan kimbap yang merupakan menu wajib yang harus dicicipi oleh penggemar k-pop. Padahal, seperti yang kita tahu makanan khas Indonesia kini makin sulit dijumpai karena bersaing dengan makanan dari budaya asing yang masuk ke Indonesia, salah satunya makanan Korea.