Jakarta, krsumsel.com – Gol tandang sudah dihapus pada sistem gugur Liga Champions musim ini. Paris Saint-Germain dan Juventus tidak akan lagi mengalami nasib malang akibat aturan itu.
Tim-tim yang memiliki agregat seimbang dari dua pertemuan, bakal berlanjut ke tambahan waktu 2×15 menit, tanpa mempertimbangkan banyaknya gol tandang.
Penghapusan gol tandang ini tidak cuma berlaku saat ada kedua tim bertemu di fase gugur. UEFA juga menghapus soal gol tandang saat menentukan peringkat sebuah tim di fase grup.
Jika menarik mundur di 10 musim terakhir Liga Champions, PSG menjadi tim yang paling sering merana akibat adanya gol tandang. Klub asal Prancis itu tiga kali terdepak di fase gugur setelah pada 2012/2013 memiliki agregat 3-3 melawan Barcelona, namun kandas akibat imbang 2-2 saat menjadi tuan rumah di perempatfinal.
Kemalangan PSG berlanjut pada 2013/2014 melawan Chelsea di perempatfinal. Setelah menang 3-1 saat menjadi tuan rumah, PSG tersisih akibat kalah 0-2 di Stamford Bridge dan menjadikan agregat 3-3.
PSG merasakan hal yang sama pada 2018/2019 melawan Manchester United. Les Parisiens gugur di 16 besar dengan agregat 3-3 dari kemenangan 2-0 di Old Trafford, namun kalah 1-3 saat di kandang.
Juventus mengalami kerugian akibat gol tandang selama dua musim beruntun. Di mulai dari agregat 2-2 dengan Lyon pada 2019/2020 di babak 16 besar, berlanjut di 16 besar laga melawan Porto dengan agregat 4-4.
Duel melawan Porto mungkin yang paling menyakitkan untuk Si Nyonya Tua. Setelah kalah 1-2 di kandang lawan, Juventus membalas dengan skor 2-1 di Turin dan laga lanjut ke extra time.
Bianconeri kemudian kebobolan di menit ke-115, tapi berhasil membalas dua menit berselang. Waktu tidak cukup untuk Juventus menambah gol lagi dan harus tersingkir meski agregat seimbang.
PSG bertemu dengan Real Madrid pada 16 besar Liga Champions. Tanpa gol tandang, kedua tim bisa saling banyak-banyakan mencetak gol tanpa cemas lawan mendapatkan gol tandang.
Kemudian, Juventus dipertemukan dengan Villarreal. Si Nyonya Tua tidak perlu lagi merasakan nasib apes seperti dua musim terakhir.(*)