Jurnalis Belajar Baca dan Analisis Kondisi Hutan Dari Citra Satelit

oleh
Screenshot_2021-10-14-05-53-09-71_40deb401b9ffe8e1df2f1cc5ba480b12

“Jurnalis bisa mengakses dan mengunduh data tanpa harus menyurati WRI, dan tetap menampilkan sumber datanya. Di Platform ini pun lebih menarik, karena banyak data terbuka yang disajikan, dan bisa diambil dengan bebas,” kata Budi.

Budi juga memberikan kiat membuat laporan jurnalistik berbasis data. Menurut Budi, ada empat tips membangun ide liputan jurnalisme data, di antaranya mampu membaca peta besar data atau data terbuka yang tersedia, membangun kontradiksi antara data, menguji statistik realitas, hingga mampu menyampaikannya dengan apik.

“Jurnalisme data, tentu saja, ialah kerja berbasis data, berbasis statistik. Laporan jurnalis diawali dari memahami data dan polanya, dan kemudian menarasikan atau menceritakannya bagi khalayak. Jurnalisme data membuat laporan lebih obyektif,” papar Budi.

Dengan demikian, diharapkan laporan yang dikerjakan dengan jurnalisme data akan mampu mempengaruhi yang berwenang untuk mengambil kebijakan yang tepat.

“Bahkan, kebanyakan pemangku kebijakan tidak bisa mengelak lagi saat jurnalisme data disajikan,” kata Budi menceritakan pengalamannya.

Ketua SIEJ Rochimawati menambahkan, ke-15 jurnalis diharapkan dapat mempraktikkan ilmu jurnalisme data dan keterampilan analisis data hutan dari GFW dalam tugas jurnalistik sehari-hari, khususnya yang mengangkat isu sumber daya alam dan kehutanan di wilayah kerja masing-masing.

“Harapan, ilmu ini diaplikasikan dan karya dapat dipublikasikan di media masing-masing karena SIEJ juga memberi apresiasi kepada peserta workshop dalam wujud kompetisi jurnalistik,” kata Rochimawati.