“Data-data itu kita kumpulkan satu persatu lalu diolah kedalam data base. Outputnya adalah surat undangan yang berkode (barcode), ketika di scan akan muncul data dilayar” terangnya.
Kesulitan yang mereka hadapi jelas Divo, yaitu saat pengumpulan data.
“Kami harus datangi satu persatu pemilih, untuk di foto. Ada 1.761 pemilih yang harus diinput datanya” terang dia.
Selain barcode di surat undangan juga tampil foto pemilih “Jadi panitia tidak kesulitan mengenali pemilih. Surat undangan juga tidak bisa dipalsukan atau dibawa orang lain” tambah dia.
Selain itu, keunggulan lain sistem ini saat penghitungan suara panitia bisa menghitung lebih cepat.
“Saat penghitungan suara kita tinggal input masing-masing kartu suara ke sistem, jadi lebih cepat dari cara manual yang lambat juga rawan dengan adanya kecurangan” jelasnya.
Divo merasa senang karya mereka bisa membantu dan bermanfaat bagi warga desa.
Drs. H. Alamsyah, M. Si Kepala Dinas Perdagangan OKI yang bertugas memantau pelaksanaan Pilkades di desa setempat takjub dengan proses Pilkades dengan sistem tersebut.