Koperasi Amata Pasaman Barat Produksi Pupuk dari Tandan Kosong Sawit

oleh
Screenshot_2021-08-31-07-56-48-27_40deb401b9ffe8e1df2f1cc5ba480b12

Simpang Empat, KRsumsel.com – Koperasi Produsen Usaha Amata Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat memproduksi pupuk dari tanda kosong kelapa sawit mengantisipasi keterbatasan pupuk di daerah itu.

“Hari ini kita luncurkan pupuk dari tandan kosong kelapa sawit. Mudah-mudahan bisa membantu petani memperoleh pupuk,” kata Ketua Koperasi Amata Tamrin di Simpang Empat, Senin.

Menurutnya pupuk yang dihasilkan berupa abu dengan bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit mampu menyediakan 200 ton per bulan.

Dengan kebutuhan pupuk yang tinggi di Pasaman Barat, katanya diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pupuk di pada petani.

“Saat ini produksi pupuk yang dihasilma masih berbentuk abu. Namun, nantinya akan diperbaiki berbentuk menjadi butiran sehingga kemasan lebih bagus,” harapnya.

Pihaknya saat ini bekerja sama dengan UD Pranata dan diharapkan perusahaan lainnya bekerja sama dengan Koperasi Amata nantinya.

Ketua UD Pranata, Suwarso bahwa kerja sama ini merupakan bentuk kerjasama yang bertujuan memenuhi kebutuhan pupuk di Pasaman Barat.

“Kerja sama akan menjadi kolaborasi yang sangat bermanfaat demi pemenuhan kebutuhan pupuk kepada masyarakat di Pasaman Barat,” harapnya.

Sementara itu Bupati Pasaman Barat Hamsuardi menyambut baik terobosan yang dilakukan Koperasi Amata dengan memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit menjadi pupuk.

“Terobosan baru ini merupakan hal yang sangat positif bagi kita di Pasaman Barat. Selama ini tandan kosong hanya dijadikan sampah namun di tangan pemuda Pasaman Barat bisa di olah dengan baik sehingga menjadi pupuk kompos,” katanya.

Nantinya produksi pupuk dari Koperasi Amata diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pupuk di Pasaman Barat ke depannya.

Sebab kelangkaan pupuk sudah dikeluhkan oleh banyak petani. Karena pupuk subsidi sudah mulai berkurang dari pemerintah pusat.

Pihak Dinas Perkebunan Pasaman Barat sebelumnya membenarkan persoalan kelangkaan pupuk merupakan sudah menjadi masalah secara nasional.

“Kuota terbatas sedangkan kebutuhan tinggi. Kami sudah mengajukan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berapa kebutuhan petani. Namun realisasinya sangat jauh kurang,” kata Kepala Dinas Perkebunan Pasaman Barat Edrizal.

Saat ini pupuk jenis urea sesuai RDKK sebanyak 47.150 ton pertahun /tahun, sedangkan alokasi atau kuota hanya 2.560 ton pertahun.

Pupuk jenis SP36 dengan RDKK 12.850 ton pertahun alokasinya hanya alokasi 2.880 ton pertahun, pupuk ZA dengan RDKK 38.200 ton per tahun alokasinya hanya 1.851 ton per tahun dan pupuk NPK RDKK 98.300 ton per tahun, alokasi hanya1.812 ton.

“Artinya dengan jumlah kebutuhan yang tinggi sementara alokasi atau kuota yang rendah membuat pupuk subsidi terbatas dan langka,” katanya.

Informasinya secara nasional kebutuhan pupuk bersubsidi di Indonesia sebesar 23 juta ton per tahun.

Sementara hingga saat ini baru terpenuhi sekitar sembilan juta ton per tahun. “Dengan keterbatasan pupuk itu maka kita menyarankan petani pakai pupuk organik,” ajaknya.(Anjas)