Gotong Royong Tembakan di Lengan Untuk Pertempuran COVID

oleh
Screenshot_2021-05-22-08-44-27-46

Jakarta, KRsumsel.com – Peluncuran kampanye vaksinasi Gotong Royong swadaya pada 18 Mei 2021 yang disaksikan oleh Presiden Joko Widodo di kompleks Humas Unilever Indonesia, Bekasi, Jawa Barat diharapkan dapat melancarkan upaya nasional penanggulangan. COVID-19.

Didukung oleh swasta dan BUMN, program Gotong Royong dipandang penting untuk membantu pemerintah mencapai target menginokulasi 181,5 juta orang guna membangun kekebalan kawanan terhadap virus corona.

Indonesia telah berjuang untuk memenangkan perang melawan pandemi COVID-19 sejak Maret tahun lalu. Untuk membendung penularan virus mematikan tersebut, pemerintah telah menggulirkan program vaksinasi secara nasional sejak 13 Januari tahun ini.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan setidaknya ada 22.736 perusahaan swasta yang sudah mendaftar hingga 17 Mei 2021.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 10/2021 tentang Skema Vaksinasi Gotong Royong, semua biaya vaksin akan ditanggung oleh perusahaan peserta program.

Presiden Widodo mengaku optimistis begitu pekerja mulai menerima vaksin Gotong Royong yang dibiayai sendiri, jumlah penerima vaksin bisa mencapai 70 juta pada September 2021.

“Kami harapkan bisa memvaksinasi 70 juta warga pada Agustus ini atau paling lambat September (2021),” ujarnya.

Widodo mengatakan dia juga berharap untuk melihat kurva COVID mendatar selama periode Agustus-September dan produktivitas industri kembali normal.

Program Vaksinasi Gotong Royong tahap pertama akan dilaksanakan di 18 perusahaan.

Pada program vaksinasi nasional tahap pertama dan kedua, pemerintah menargetkan dapat menjangkau 40.349.049 warga, termasuk SDM di bidang kesehatan, lanjut usia, dan pekerja layanan publik.

Menurut Satgas Penanganan COVID-19, sebanyak 9.366.635 warga telah mendapatkan dua kali suntikan vaksin (telah divaksinasi penuh terhadap COVID-19) dan sebanyak 14.099.754 warga telah diberikan suntikan vaksin pertama per 20 Mei 2021.

Program vaksinasi yang didanai pemerintah menggunakan vaksin Sinovax yang dibeli dari China dan vaksin AstraZeneca yang diterima melalui Fasilitas COVAX yang terkoordinasi oleh WHO.

Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pihaknya belum berencana mengkomersialkan vaksin COVID-19.

“Soal harga, sejak awal kami di Kementerian BUMN sudah sangat terbuka. Kami tidak memikirkan komersialisasi vaksin COVID-19,” kata Thohir dalam jumpa pers, 19 Mei 2021.

Indonesia sejauh ini telah mendapatkan 54 juta dosis vaksin gratis melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menghabiskan hampir Rp77 triliun untuk pengadaan dosis vaksin tambahan untuk melayani populasi besar negara, yang didistribusikan secara gratis, ungkapnya. .

Untuk program swadana, Kementerian BUMN dan Kadin menjaga transparansi harga vaksin dan diaudit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), imbuhnya.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan harga vaksin Sinopharm dan CanSino yang akan diberikan dalam Program Vaksinasi Gotong Royong sebesar Rp500 ribu per suntikan.

Harga tersebut sudah termasuk Rp375 ribu sebagai biaya tiap dosis vaksin dan Rp125 ribu sebagai biaya inokulasi, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam jumpa pers online yang berasal dari Istana Kepresidenan belum lama ini.

Pemerintah telah menandatangani kontrak dengan Sinopharm untuk 7,5 juta dosis dan dengan CanSino untuk lima juta dosis vaksin, katanya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Sinopharm China.

“Hari ini, kami telah mengeluarkan EUA untuk vaksin yang diproduksi oleh Beijing Bio-Institute Biological Products, yang merupakan unit dari Sinopharm, anak perusahaan dari China National Biotech Group. Ini adalah vaksin Sinopharm,” kata kepala BPOM Penny Lukito saat online. konferensi pers pada tanggal 29 April 2021.

Pada 30 April, sebanyak 482.400 dosis vaksin Sinopharm tiba di Jakarta dari China, dan pada 1 Mei Indonesia diberikan 500 ribu dosis vaksin Sinopharm oleh Uni Emirat Arab. Juni ini, Indonesia diharapkan menerima satu juta dosis lagi sebagai bagian dari pesanannya dengan Sinopharm.

Dari Juli hingga September tahun ini, Indonesia berharap dapat menerima vaksin Moderna dan Novavax untuk mendukung program vaksinasi Gotong Royong. Mereka juga berencana mengizinkan vaksin Pfizer dan Sputnix untuk program Gotong Royong.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan telah mengimbau masyarakat untuk tidak pilih-pilih tentang vaksin COVID-19 yang ditawarkan oleh pemerintah, dengan mengatakan WHO telah menyatakan semua vaksin yang saat ini diizinkan dan direkomendasikan aman.

“Jadi, tidak ada alasan masyarakat ragu untuk mengikuti program vaksinasi,” kata Siti Nadia Tarmizi, juru bicara kementerian.

Jumlah kebutuhan vaksin yang sangat besar yang dibutuhkan Indonesia tidak bisa hanya disediakan oleh satu produsen vaksin saja, ujarnya. Faktanya, negara-negara di seluruh dunia telah bersaing ketat untuk mengamankan pasokan vaksin bagi penduduknya, ujarnya.

“Awalnya Indonesia mendapat vaksin Sinovac. Kemudian akhir Maret dan awal April 2021 kita sudah mendapat vaksin AstraZeneca, dan pada Juni atau Juli 2021 dijadwalkan vaksin lain datang, (yang) antara lain Novavax dan Pfizer, “katanya.

Pemerintah menyebut semua vaksin sebagai vaksin COVID-19, sehingga tidak lagi teridentifikasi berdasarkan produsennya, kata Tarmizi. (Anjas)