Pesan Terakhir Serda Diyut Sebelum Menyelam Bersama KRI Nanggala

oleh
Screenshot_2021-04-28-08-15-29-56

Madiun, KRsumsel.com – “Kalau ada apa-apa, nanti jenazah dibawa ke pangkuan ibunya,” kata Sartiningsih, ibunda Serda Diyut, menirukan raut wajah anaknya saat ruku ‘dan memohon restu demi kelancaran jalannya kehidupan. hari Minggu lalu, 18 April.

Serda Diyut Subandriyo menjadi salah satu dari 53 awak KRI Nanggala-402, kapal selam milik TNI AL yang hilang kontak saat latihan tembak di Perairan Bali pada 21 April 2021 dan kemudian dinyatakan tenggelam.

Baik hati, sopan, dan penyayang keluarga. Demikian Sartiningsih menggambarkan sosok putra kelimanya.

Sebelum berlayar, Diyut sapaan akrab Serda Diyut Subandriyo selalu mencium tangannya dan membungkuk meminta restu kepada ibunya agar tugasnya dapat terlaksana dengan lancar.

“Terakhir saya datang ke sini hari Minggu kemarin. Dia baru saja menyuruh ibu saya pamit latihan. Dia bilang kalau ada apa-apa pasti badannya mau di pangkuan ibunya. Setiap mau latihan, katanya jadi, “katanya.

Sartiningsih mengatakan, tidak ada firasat apapun ketika anaknya hendak menjalankan tugas kenegaraan. Ia bahkan mengetahui tentang hilangnya dan tenggelamnya kapal selam yang menimpa putranya dari media elektronik.

Saat tidur, setelah mengetahui kapal selam yang digunakan anaknya hilang kontak dan tenggelam, ia bermimpi anaknya pulang dengan memakai celana doreng (belang), seragam TNI dan kaos putih. Sekarang dia menyerah dan berdoa, berharap putranya dan kru lainnya dapat ditemukan.

Helen, istri Serda Diyut juga menyampaikan kata-kata terakhir suaminya saat membawanya ke Terminal Madiun untuk berangkat ke Surabaya untuk kembali melaut pada Minggu, 18 April.

Sebelum berangkat naik bus, Serda Diyut sempat punya firasat buruk tentang pekerjaan layarnya kali ini.

Namun, sebagai seorang istri, Helen mendorong suaminya untuk terus menjalankan tugas yang diberikan pada unit dengan baik.

“Kemarin pas mau layarnya, saya cuma bilang minta doanya ya Nda (Ibu). Dan itu diucapkan berkali-kali Pak Diyut sebelum berangkat naik bus ke Surabaya,” kata Helen.

Menurut Helen, ungkapan tersebut biasanya tidak diucapkan oleh suaminya saat akan tugas berlayar.

Kepala MI Darul Ulum Kota Madiun mengatakan kontak terakhir dengan suaminya dilakukan pada Selasa (20/4) malam sekitar pukul 22.00 WIB melalui pesan WA. Setelah itu, dia tidak bisa menghubungi Diyut hingga mendapat kabar bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 yang membawa suaminya dan 52 awak lainnya dinyatakan hilang dan tenggelam.

Serda Diyut Subandriyo adalah seorang putra yang lahir di Madiun pada tanggal 30 September 1984. Ia anak kelima dari enam bersaudara.

Yang dimaksud adalah alumnus SMP Negeri 7 Kota Madiun. Kemudian melanjutkan pendidikannya di SMK YP 17-1 Madiun dan setelah lulus sebagai Prajurit TNI AL.

Dia kemudian menikah dengan Helen pada 2009 dan dikaruniai dua anak. Yang pertama adalah seorang anak perempuan berusia 11 tahun dan anak kedua, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.

Jaminan Pendidikan Peristiwa

kehilangan kontak dan tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402 hingga jatuhnya 53 awak kapal telah membuat sedih bangsa Indonesia.

Negara ini telah kehilangan pejuang Hiu Kencana terbaik. Indonesia kehilangan patriot yang menjaga kedaulatan negara.

Wali Kota Madiun Maidi menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402. Kota Madiun juga kalah, apalagi salah satu awak di dalamnya adalah seorang pemuda setempat.

Untuk itu, pihaknya akan memberikan perhatian khusus kepada keluarga Serda Diyut, termasuk memberikan jaminan pendidikan bagi kedua anak Serda Diyut Subandriyo tersebut.

“Ada beberapa bantuan yang diberikan. Khususnya soal pendidikan untuk kedua anak Serda Diyut,” kata Walikota Maidi, saat mengunjungi rumah duka mendampingi Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam rangka memberikan dukungan moral dan spiritual.

Upaya Pemerintah Kota Madiun menjamin pendidikan putra-putra awak KRI Nanggala sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan bahwa pemerintah akan menjamin pendidikan putra-putri keluarga KRI Nanggala- 402 prajurit untuk jenjang pendidikan strata-1 (S-1).

Ini sebagai bentuk apresiasi negara atas jasa para prajurit Hiu Kencana.

Selain itu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga memberikan penghargaan one level promotion dan Jalasena star service kepada 53 prajurit TNI AL yang tewas akibat tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan utara Pulau Bali.

Sebelumnya, kapal selam buatan Jerman KRI Nanggala-402 kehilangan kontak saat berlatih menembakkan rudal di perairan Bali.

Kapal selam tersebut membawa 53 orang yang terdiri dari 49 Awak, seorang komandan unit, dan tiga personel senjata. Kapal kehilangan kontak ketika komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan terpedo.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan utara Bali itu tenggelam dan 53 awak di dalamnya dinyatakan tewas saat menjalankan tugas.

Pengumuman itu dilakukan setelah tim pencari menemukan beberapa bukti otentik yang menunjukkan KRI Nanggala-402 tenggelam di kedalaman 838 meter dan lambungnya terbelah menjadi tiga bagian.

TNI AL masih berupaya mengevakuasi kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali.(Anjas)