Kata Ustadz ‘Abdullah Zaen, M.A. dalam naskah Khutbah Jumatnya, “Sikap curang itu bukan hanya bisa menjangkiti para pedagang saja. Namun juga berpotensi menjangkiti seluruh manusia biasa, apapun profesinya.”
Ustadz ‘Abdullah Zaen menyebutkan:
- Pejabat, rakyat biasa, pegawai, guru, siswa, orang tua, anak dan lain-lain. Semua berpotensi terjangkiti sifat curang.
- Pejabat yang mengorupsi harta negara, berarti dia telah berbuat curang terhadap rakyatnya. Sebab dia mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
- Rakyat yang tidak menaati aturan baik dari pemerintah, atau menasehati pemerintah dengan cara anarkis, berarti dia telah berbuat curang kepada pemerintah. Sebab dia melanggar rambu-rambu yang telah digariskan al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ’alaihi wasallam.
- Pegawai yang telat masuk kerja atau pulang sebelum waktunya tanpa alasan syar’i, dia telah berbuat curang terhadap instansi pekerjaannya. Sebab dia tidak menunaikan kewajibannya secara sempurna, namun setiap awal bulan mengambil hak gajinya secara sempurna.
- Guru yang tidak menjadi sosok yang bisa digugu dan ditiru, dia telah berbuat curang kepada para muridnya. Sebab dia mengkhianati amanah sebagai pendidik yang seharusnya memberikan suri teladan yang baik kepada siswa-siswinya.
- Murid yang tidak menghormati gurunya, dia telah berbuat curang kepada sang guru. Sebab tidak mengindahkan petuah Nabi shallallahu ’alaihi wasallam. Yang mengajarkan agar menghormati orang yang lebih tua dan membalas jasa baik orang lain.
- Orang tua yang tidak pernah memperhatikan pendidikan agama anaknya dan membiarkan mereka berbuat maksiat sekehendaknya, dia telah berbuat curang. Sebab dia mengkhianati amanah yang dibebankan Allah kepadanya.
- Anak yang durhaka kepada orang tuanya, dia telah berbuat curang. Sebab dia sudah mengabaikan wasiat Allah ta’ala yang berpesan agar anak berbuat baik kepada orang tuanya.
Yang jelas hukuman dari dosa telah dikatakan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’.
Di antara hukuman dosa: nikmat menjadi hilang dan musibah itu datang. Maka tidaklah nikmat itu hilang melainkan karena dosa. Tidaklah musibah itu datang melainkan juga karena dosa. Maka solusinya agar musibah itu terangkat adalah dengan TAUBAT. Sebagaimana ‘Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Tidaklah musibah itu datang melainkan lantaran dosa. Tidaklah musibah itu bisa terangkat melainkan lantaran taubat.” (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 113)
Sekarang ayo koreksi diri …
Allah Ta’ala berfirman,
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 53)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah tidaklah merubah nikmat, hingga manusia merubahnya sendiri. Dia sendiri yang merubah ketaatan menjadi maksiat. Dia sendiri yang merubah rasa syukur menjadi kufur. Dia sendiri yang merubah rida Allah jadi murka-Nya. Sejatinya manusia yang merubahnya, jadinya balasannya setimpal. Allah tidak mungkin menzalimi hamba-Nya. Berarti untuk selamat, hendaklah manusia sendiri yang merubah maksiat jadi ketaatan, maka hukuman (‘uqubah) berubah menjadi keselamatan (‘aafiyah), kehinaan menjadi kemuliaan.” (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 113)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’du: 11)
Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ