Jakarta, KRSUMSEL.com – Tiga orang yang pernah menjadi Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan sejak 2005 hingga saat ini menyebutkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri selalu berbicara mengenai politik hijau yang bertujuan menjaga lingkungan alam dan lingkungan hidup Indonesia.
“Jadi, jarang sekali seorang tokoh sekaligus ketua umum partai kemudian pernah menjadi presiden, menjadi wakil presiden, yang begitu cinta akan tanaman dan cinta akan alam dan lingkungannya,” kata Pramono.
Ketika partai-partai belum memiliki badan penanggulangan bencana, kata Pramono Anung, PDI Perjuangan partai politik pertama yang memilikinya.
“Ibu Megalah yang pertama kali, mencanangkan, membentuk Baguna. Baru setelah itu partai lain mengikuti,” kata Pramono.
Dari pengalamannya bersama
Megawati, Pram mengaku kecintaan pada
lingkungan itu tampaknya karena
Megawati ditempa langsung oleh ayahandanya, Bung Karno. Sikap cinta
lingkungan itulah yang diterjemahkan dalam
politik hijau di PDIP.
“Tidak banyak partai
politik menginisiasi menanam pohon, membersihkan sungai, kemudian hal-hal yang berkaitan dengan penghijauan. Ibu Mega bukan hanya mengerti, melainkan benar-benar memahami,” ujar Pram.
Salah satu perwujudan politik hijau di PDIP, kata dia, adalah mengedukasi calon pemimpin bangsa untuk menyayangi alam lingkungan. Megawati juga mengajarkan itu langsung kepada pemimpin-pemimpin muda yang maju di pilkada.
“Menurut saya apa yang dilakukan oleh Ibu Mega merupakan lokomotif
politik baru,
politik yang tidak sekadar menjual gagasan, menjual mimpi, tetapi juga
politik yang berkaitan dengan alam dan
lingkungan,” kata Pram yang juga Sekretaris Kabinet RI itu.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP periode 2010—2015 Tjahjo Kumolo mengaku intensif berkomunikasi dengan
Megawati sejak 1997. Sejak awal, soal
lingkungan hidup menjadi bahasan utama oleh
Megawati dalam setiap pengaderan.
Dalam aktivitas sehari-hari seperti saat makan sekalipun, kata Tjahjo,
Megawati selalu menyelipkan diskusi soal
lingkungan hidup.
“Hal-hal yang menjadi contoh alam yang menjadi bagian yang dipikirkan Ibu Mega dalam konteks
lingkungan hidup,” katanya.
Seperti, masalah bagaimana sungai tidak tercemar, membangun kebun raya sekecil apa pun, kemudian menginventarisasi tanaman langka, dibuat obat, dibuat jamu.
“Inilah yang saya kira, tidak ada seorang presiden yang saya kira memberi perhatian khusus kepada
lingkungan hidup sebanyak Ibu Mega,” kata Tjahjo.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP 2015 hingga saat ini, Hasto Kristiyanto, menambahkan bahwa
Megawati pada intinya selalu mendorong kader partainya tidak sekadar berpolitik di pemilihan umum, tetapi berpolitik yang merawat alam raya.
“Ini merupakan suatu hal yang unik bagaimana partai tidak hanya berbicara persoalan kekuasaan, tetapi bagaimana merawat seluruh alam raya,” kata Hasto.
Dalam kehidupan sehari-hari di partainya, lanjut dia, ada kebijakan sama sekali tidak menggunakan atau minimal mengurangi penggunaan plastik.
Saat kongres partai, kebijakan ini diwujudkan dengan ribuan peserta yang hadir memegang tumbler tempat minum masing-masing.
Kantor partai juga dibangun memakai konsep green building. Namun, yang paling fenomenal adalah bagaimana partai mengukur kinerja kepala daerahnya dengan indikator keberhasilan melaksanakan penghijauan.
“Seluruh kepala daerah diukur, ini ada aturan partainya, diukur prestasinya dari gerakan penghijauan, dari
politik tata ruang, dari seberapa banyak sudah menyelamatkan mata air,” kata Hasto.
“Bahkan, Pak Jokowi, sebelum menjadi presiden pun dahulu diajak Ibu Mega untuk menanam pohon di Sungai Ciliwung,” kata Hasto. (anjas)