Kisah Lawongo dan Asal Mula Pulau Napombalu

oleh
cerita-rakyat--696x351

“Kalian tidak usah bersedih. Saya akan bermain suling di dalam peti mati itu untuk menghibur kalian semua,” kata Lawongo.

Para warga tidak dapat lagi mencegah keinginan Lawongo dan segera memenuhi permintaannya. Setelah semuanya selesai, Lawongo pun bersiap-siap untuk dikuburkan bersama istrinnya. Sebelum masuk ke dalam peti matinya, Lawongo kembali berpesan kepada warga.

“Jika kalian sudah tidak mendengar lagi suara sulingku, berarti aku sudah tidak ada lagi di dalam kubur ini. Pergilah kalian ke pantai dan kalian akan melihat benda aneh muncul dari laut, datang dari kaki langit. Benda aneh itu adalah penjelmaanku. Tapi, ingat! Kalian jangan menunjuk benda itu dan jangan pula kalian teriaki. Kalian diam saja di pantai dengan tenang sambil menunggu benda itu,” ujar Lawongo.

Setelah Lawongo masuk ke dalam peti mati itu, para warga pun segera menguburkan Lawongo bersama istrinya. Pada hari pertama dan kedua, mereka masih mendengar suara suling Lawongo dengan sangat nyaring dan merdu. Pada hari ketiga, suara suling Lawongo semakin kecil. Memasuki hari kempat dan kelima, suara suling itu hanya terdengar sayup-sayup dan akhirnya pada hari ketujuh suara suling Lawongo lenyap sama sekali.

Teringat pada pesan Lawongo, pagi-pagi sekali, seluruh sanak keluarga dan teman-teman Lawongo serta penduduk Desa Damau segera berlari menuju ke pantai. Sesampainya di pantai, mereka duduk dengan tenang sambil menunggu benda aneh yang datang dari kaki langit sebagaimana yang dikatakan oleh Lawongo. Sudah dua jam mereka menunggu, namun belum ada tanda-tanda akan munculnya benda aneh itu. Para warga pun mulai meragukan akan kebenaran perkataan Lawongo.

“Wah, sudah lama kita menunggu di sini, tapi benda aneh itu tidak muncul juga. Jangan-jangan Lawongo hanya mengada-ada,” ucap seorang warga.

“Benar, barangkali Lawongo hanya membohongi kita semua,” tambah seorang warga lainnya.

“Sebaiknya kita tunggu beberapa saat lagi,” sahut salah seorang keluarga istri Lawongo.

Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba sebuah benda berwarna kehitam-hitaman mencuat menyerupai gunung muncul dari permukaan laut di kaki langit. Benda aneh itu bergerak menuju ke arah pantai Desa Damau. Melihat benda itu, para warga hanya terperangah melihat benda aneh itu. Mereka pun tidak berani berteriak dan menunjuk benda itu sebagaimana pesan Lawongo. Semakin lama benda itu semakin mendekat ke arah mereka. Mereka pun mulai ketakutan karena khawatir benda besar itu menabrak pulau tempat tinggal mereka. Baru saja mereka akan berlari meninggalkan pantai itu, tiba-tiba benda raksasa itu berhenti di tengah laut. Para warga pun semakin penasaran ingin mengetahui benda itu dari dekat. Maka berlayarlah beberapa orang warga menuju ke arah benda itu. Setelah mereka mendekat, ternyata benda itu adalah sebuah pulau karang. Mereka pun menamai pulau itu Napombalu yang diambil dari kata napo berarti pulau karang, dan kata nawalu yang berarti benda aneh yang berubah menjadi sebuah pulau. Di saat pasang besar, pulau itu tenggelam dan di saat surut, pulau itu muncul kembali di permukaan laut. (histrori)