“Hingga tanggal 20 Desember 2020, struktur yang telah ditenggelamkan pada lima lokasi ICRG sebanyak 63.964 unit, terdiri dari Nusa Dua 26.350 unit, Pandawa 10.177 unit, Sanur 7.270 unit, Serangan 7.475 unit dan di Buleleng terdapat 12.692 struktur,” ujar Haeru Rahayu.
Ia mengatakan setelah kegiatan padat karya membuat struktur karang tersebut dan menenggelamkan ke laut, pekerjaan rumah besar yang harus dikawal bersama adalah pemeliharaan dan pengelolaannya.
“Kami berharap pemerintah daerah dan masyarakat Bali dapat memanfaatkan kebun atau taman karang hasil dari restorasi ICRG tersebut. Tentunya KKP juga akan tetap mengawal pengembangannya dalam bentuk kegiatan yang diintegrasikan dengan desa wisata bahari,” katanya.
Deputi Bidang Koordinasi Sumberdaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Safri Burhanuddin menjelaskan, pihaknya menaruh harapan besar bahwa program ICRG dapat menjadi pengungkit ekonomi masyarakat Bali yang terdampak pandemi COVID-19.
“Saya berharap masyarakat Bali yang telah terlibat dalam proses pembuatan kebun atau taman karang ini punya kebanggaan bahwa hasil kerja mereka dapat disaksikan oleh orang banyak. Tentunya semua berharap pariwisata di Bali dapat pulih kembali dengan cepat, dan restorasi ini menjadi salah satu yang mendongkrak percepatan tersebut,” ujarnya.
Menanggapi adanya kekhawatiran bahwa kegiatan restorasi ini akan berdampak negatif terhadap ekosistem lainnya di bawah laut, Safri Burhanuddin menjelaskan pelaksanaan Program ICRG telah memperhatikan rekomendasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku otoritas keilmuan atau scientific authority.
“Saya percaya rekomendasi dari scientific authority dan masukan akademisi di Bali ketika menentukan lokasi restorasi terumbu karang ICRG menjadi rel bagi kami untuk melaksanakan program ini,” ungkapnya.
Program restorasi terumbu karang ICRG ditujukan untuk masyarakat di Bali, dikerjakan oleh masyarakat Bali dan diharapkan akan kembali manfaatnya secara jangka panjang untuk Pulau Dewata.(Anjas)