“Ini bentuk pemerintahan mendorong semua komponen masyarakat termasuk ibu-ibu untuk peduli terhadap upaya kita dalam menghadapi pandemi ini. Kita masih terus berjuang keras untuk melawan pandemi ini, apalagi jelang Natal dan Tahun Baru 2021,” ucap Yohanes.
Yohanes menjelaskan tes cepat dilakukan bagi kaum perempuan (ibu-ibu) ini karena sebenarnya, perempuan lebih peduli, lebih disiplin dalam melindungi keluarga, terutama kesehatan keluarga.
“Kami berharap kegiatan ini bisa di ikuti oleh ibu-ibu sebanyak-banyaknya. Jangan melihat ini sebagai upaya yang menakuti masyarakat, tidak. Tetapi tracking seperti ini untuk melihat siapa yang berpotensi menjadi OTG (Orang Tanpa Gejala). OTG ini yang kemudian bisa menyebarkan pandemi ini ke orang sekitar, itu yang kita cegah,” tuturnya.
Yohanes menjelaskan jika nanti ada yang kedapatan reaktif, sudah ada SOP tersendiri yang dilakukan.
“Kalau ada yang reaktif nanti akan di swab, dan minta isolasi mandiri. Saya sarankan kalau ada yang reaktif untuk patuhi saran dari petugas kesehatan, sehingga tidak menyebar ke lain,” pintanya.
Yohanes berharap ibu-ibu menjadi agen dalam mengkampanyekan kepatuhan terhadap protokol kesehatan COVID-19. Untuk itu kaum ibu-ibu mengambil peran yang cukup banyak dalam kehidupan terutama dalam rumah tangga, selain ibu-ibu menjadi contoh bagi anak-anak, serta juga kepada suami.
“Kalau dengan ibu-ibu ini kan anak lebih patuh, dan suami juga patuh. Jadi sedapat mungkin peran mereka bisa berbagi ke yang lain. Kita harap perkumpulan itu mereka bisa saling berbagi, dan jadi agen dari kesuksesan dalam mengkampanyekan kepatuhan terhadap protokol kesehatan COVID-19,” kata dia.(Anjas)