Ratusan Panti Asuhan di Surabaya Kurang Dapat Perhatian

oleh

Surabaya, KRsumsel.com – Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Surabaya menyebut ratusan panti asuhan di Kota Surabaya, Jawa Timur, dianggap kurang mendapat perhatian dari pemerintah kota setempat khususnya selama pandemi COVID-19.

Wakil Ketua Forum LKS M. Suudi di Surabaya, Jumat, mengatakan sampai dengan saat ini anak-anak yatim piatu di panti-panti asuhan Surabaya hanya mengandalkan belas kasihan dari donatur, tanpa pernah ada perhatian serius dari Pemkot Surabaya.

“Selama ini, bantuan makanan banyak diberikan kepada anak-anak di luar panti asuhan. Dengan alasan anak-anak di panti banyak yang dari luar Surabaya,” katanya.

Menurut dia, memang ada anak-anak dari luar Surabaya, tapi lebih banyak anak-anak Surabaya. Dengan sistem seperti itu, kata dia, anak-anak Surabaya yang ada di panti juga tidak mendapat bantuan makanan maupun fasilitas pendidikan.

Suudi bahkan sempat merasa prihatin saat itu ada Jambore Panti Asuhan di Wonosalam, Jombang. Semua peserta dari kota/kabupaten se-Jawa Timur didampingi oleh wali kota dan bupati, namun untuk Surabaya malah berangkat secara mandiri tanpa ada bantuan atau pendampingan dari Pemkot Surabaya.

Suudi menjelaskan, saat ini LKS beranggotakan 161 panti asuhan yang tersebar di Surabaya tanpa memandang agama dan suku.

“Untuk pengajuan bantuan, kami organisasi di bawah binaan Dinas Sosial Surabaya dianjurkan untuk melegalkan organisasi dan kami sudah mengupayakannya dengan biaya swadaya. Namun setelah dinyatakan legal bantuan juga tidak kunjung datang,” katanya.

Dalam mencukupi kebutuhan panti asuhan naungan LKS, sekitar 40-an pengurus berinisiatif mengadakan urunan sebesar Rp100 ribu per bulan. “Dana ini setiap bulan kita bagikan ke tiga panti secara bergiliran dan setiap panti kita beri Rp1 juta,” katanya.

Ketua Forum LKS Surabaya Budi Himmatun menambahkan selama ini ada bantuan rutin dari Pemkot Surabaya, namun hanya menyentuh belasan panti asuhan saja di Surabaya. “Bantuan rutin APBD, 17 panti tiap tahun berupa 20 paket sembako,” ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, ada bantuan untuk anak yatim langsung melalui makanan rutin tiap hari 1 kotak. Namun, untuk non-asrama dan harus memiliki Kartu Keluarga Surabaya.

“Bantuan operasional panti memang belum ada sama sekali mulai zaman dahulu. Sama anggaran insentif pengasuh tidak ada sama sekali. Padahal mereka mengasuh 24 jam, beda dengan guru PAUD, guru TPQ yang part time tapi sudah ada anggaran,” kata Budi.

KepalaDinas Sosial Pemkot Surabaya Suharto Wardoyo saat dikonfirmasi wartawan mengatakan panti asuhan sudah dapat bantuan melalui program permakanan untuk anak yatim yang anggarannya di kecamatan dan pelaksanaannya oleh kelurahan.

“Juga bantuan sosial dalam bentuk sembako,” katanya.(Anjas)