“Untuk saya pribadi, tantangan menjadi ketua tim yaitu bagaimana belajar berkomunikasi dan menentukan keputusan dengan baik,” sambungnya.
Dalam ajang ITEX 2020, Evelyn beserta tim memperkenalkan inovasi mereka bernama Self-Powered Fingerprint Attendance (SPRITE). Inovasi ini muncul dari obeservasi yang telah dilakukan terhadap absensi sidik jari yang ada saat ini.
Absensi sidik jari masih menggunakan sumber energi dari listrik sehingga tidak dapat beroperasi saat listrik padam, maupun dari baterai yang dapat menghasilkan limbah baterai.
Disamping itu, ukuran yang masih cukup besar juga menjadi kendala.
Untuk itu, SPRITE hadir sebagi inovasi mesin absensi sidik jari dengan memanfaatkan teknologi Self-Powered Dynamic System.
Sehingga alat ini mampu mengkonversi energi kinetik berlebih menjadi energi yang digunakan untuk mendayai sistem itu sendiri. SPRITE mampu beroperasi tanpa membutuhkan suplai listrik dari luar.
Ia bersama tim mendesain alat ini sedemikian rupa hingga nyaman digunakan dan bersifat portable.
Alat ini bekerja ketika ibu jari diletakkan pada Fingerprint Sensor dan keempat jari lainnya menekan tuas yang akan memutar gearbox.
Energi dari kepalan tangan dikonversi menjadi energi kinetik rotasi dan akan memutar generator DC guna menghasilkan energi listrik.
“Kami juga melengkapi alat ini dengan sistem GUI sebagai media untuk meningkatkan experience pengguna,” jelasnya.
Hadirnya SPRITE diharapkan dapat menjadi generasi baru dari mesin absensi sidik jari dan kedepannya dapat digunakan secara komersil sebagai mesin absensi bagi perusahaan, kampus, dan instansi lain yang membutuhkan.