

Perajin batik tulis Kabupaten Madiun Rini Susanti mengatakan kegiatan belajar membatik tersebut sebagai upaya melestarikan batik yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.
“Selain itu, pengenalan tentang batik ini juga sebagai bekal para siswa untuk mendapatkan keahlian yang bisa menghasilkan ketrampilan dan pendapatan,” ujar Rini Susanti di Madiun, Jumat.
Dalam kegiatan tersebut, Rini mengajarkan semua cara tentang membatik tulis. Mulai dari membuat pola, mencanting, hingga pewarnaan batik tulis secara manual atau tradisional.
Salah satu siswa Kejar paket C, Puji Astuti mengaku senang dengan ilmu membatik yang diperolehnya. Dalam kegiatan itu, ia mendapatkan ilmu dan wawasan baru tentang teknik membatik.
“Hal ini membuat kita semakin cinta dan bangga dengan budaya karya batik tulis tradisional,” kata Puji.
Sementara, perajin batik Rini kembali mengungkapkan keberadaan batik tulis di Kabupaten Madiun cukup diminati, meskipun saat ini juga banyak terdapat batik cap atau sablon.
Salah satu motif batik yang paling banyak disukai pasar adalah motif batik Kampung Pesilat. Adapun motif kampung pesilat dikembangkan karena Pemerintah Kabupaten Madiun saat ini sedang gencar membuat jargon Kabupaten Madiun Kampung Pesilat.
“Sehingga momentum itu dimanfaatkan oleh para perajin batik untuk dikembangkan guna mendongkrak eksistensi batik tulis dengan motif logo kampung pesilat,” katanya.
Ia menambahkan, dalam memproduksi batik tulis, pihaknya dibantu sebanyak 16 pekerja yang semuanya merupakan para ibu warga Kabupaten Madiun. Hal itu sekaligus memberikan penghasilan tambahan bagi mereka.
Pihaknya menyebut dalam satu bulan usaha kerajinannya mampu memproduksi hingga 200 lembar kain batik. Baik batik tulis maupun cap.
“Untuk harga jualnya bervariatif. Mulai dari harga Rp200 ribu hingga Rp600 ribu tergantung bahan kain dan corak motifnya,” tambahnya.
Untuk pemasaran, batiknya dijual di wilayah Kabupaten Madiun dan sekitarnya, bahkan telah sampai ke luar Jawa. (Anjas)