Jakarta, KRSumsel – Pembinaan dalam olahraga ibarat menempa sebuah besi, harus penuh dengan kesabaran dan juga usaha yang banyak. Itu juga perlu dilakukan oleh Indonesia agar dapat meraih prestasi bidang olahraga di masa depan, dengan melatih bibit muda agar menjadi atlet terbaik bangsa.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan untuk meraih prestasi olahraga layaknya negara lain harus ada pembibitan atlet yang dimulai sejak dini. Bahkan, Zainudin mengatakan usia ideal untuk memulai proses tersebut sejak seorang anak baru masuk SD atau ketika usianya menginjak umur 6 tahun.
Namun, menurut Zainudin, porsi pembinaan yang diberikan oleh anak-anak di rentang umur 6 tahun masih harus menyesuaikan dengan jiwa anak-anaknya atau masih porsi main-main. Karena pada saat itu mereka masih berada di masa pertumbuhan dan mereka lebih senang untuk bermain.
Tak hanya itu saja, Zainudin juga mengatakan perlu juga adanya penanaman disiplin, karakter dan mental yang kuat secara pelan-pelan. Setelah sudah mulai mengenal olahraga yang ingin digeluti, mulailah pada umur 10 atau 11 tahun, anak-anak tersebut sudah bisa mulai ditempa agar bisa menghasilkan bibit atlet terbaik.
Dirinya mengatakan untuk menjalankan hal tersebut, Kemenpora tidak bisa berjalan sendirian, sehingga harus ada kolaborasi dengan berbagai pihak baik itu lintas kementerian/lembaga maupun pihak swasta.
“Misal kita minta Kementerian lainnya, seperti Kementerian Pendidikan berarti anak-anak (sekolah) itu harus diajak bekerja sama. Jadi lebih berpikir bahwa kalau kita kreatif dan punya inovasi yang bagus pasti akan dapat sambutan,” ujarnya
Zainudin juga mengatakan Kemenpora tidak mempunyai anggaran yang besar terkait pembinaan ini, namun dengan program yang benar dan kreatif dirinya optimis hal tersebut bisa dilakukan.
Namun, bukan berarti tidak ada tantangan lainnya untuk menjalankan misi pembinaan usia muda ini yang ditunjukan dengan minimnya prasarana olahraga yang ada di berbagai sekolah. Menjawab hal tersebut, Kemenpora siap untuk menjalin kerja sama dengan Kemendikbud dengan langsung menyentuh ke masalahnya dan memfokuskan apa yang dibutuhkan oleh masing-masing sekolah.”Anggaran yang besar, tidak jaminan untuk kita bisa melakukan itu (pembibitan usia mudai). Tetapi kemampuan kita dengan anggaran yang ada itu akan lebih (bisa dijalankan),” tutur Zainudin.
“Nah kemudian dari hasil itu baru kita masukan ke dalam training camp, itulah yang harus kita biayai. Kalo yang lainnya kan masih ada di lingkup pemerintah daerah, Kemendikbud dan lainnya. Jadi kalo kita semua dari awal sampe umur 20an itu tidak akan berhasil karena kemampuan yang terbatas,” pungkasnya.(*)