Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam
waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu
buah. Sementara itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari
kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin.
“Wah, bagaimana ini?”, ujar Rara Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal.
Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan
jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Rara Jonggrang.
Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung…
dung…dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi
suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. “Wah, matahari akan terbit!” seru
jin. “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,”
sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan
tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan
jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke
tempat candi. “Candi yang kau minta sudah berdiri!”. Loro Jonggrang
segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!.
“Jumlahnya kurang satu!” seru Loro Jonggrang. “Berarti tuan telah gagal
memenuhi syarat yang saya ajukan”. Bandung Bondowoso terkejut
mengetahui kekurangan itu.
Ia menjadi sangat murka. “Tidak mungkin…”,
kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang. “Kalau begitu
kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya pada
Loro Jonggrang. Ajaib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung
batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di
wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro Jonggrang. (histrori.id)