Kajang Perahu Rakyat Sriwijaya, Khas OKI

oleh
IMG-20190428-WA0060 (1)

Perahu Kajang menggunakan atap dari nipah yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian depan atap yang disorong (kajang tarik), bagian tengah adalah atap yang tetap (kajang tetap) dan atap bagian belakang (tunjang karang). Bahan yang digunakan untuk pembuatan perahu ini adalah kayu jenis kayu rengas, yang sudah tidak ditemukan lagi di wilayah tersebut. Panjang perahu sekitar delapan meter dan lebar perahu dua meter. Buritan di bagian depan perahu terdapat tonjolan seperti kepala yang disebut selungku, merupakan ciri khas perahu Kajang.

Keberadaan atap (kajang) dari daun nipah inilah yang menjadi cikal namanya. Layaknya sebuah rumah tinggal, perahu memiliki ruang tengah tempat anggota keluarga beristirahat. Pada bagian belakang terdapat dapur dan kamar mandi. Barang-barang muatan serta ruang kemudi berada di bagian depan perahu. Tata ruang perahu terdiri dari bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang. Bagian depan merupakan ruang untuk menyimpan barang-barang komoditas yang dijual, seperti barang tembikar dan untuk kemudi. Bagian tengah adalah ruang keluarga untuk tempat tidur. Bagian belakang adalah kamar mandi dan dapur.

Kajang Perahu Rakyat Sriwijaya, Khas OKI

Perahu kajang memiliki dayung dan kemudi yang terbuat dari kayu. Panjang dayung sekitar tiga meter, sedangkan panjang kemudi sekitar dua meter. Dayung dibuat dari kayu yang lebih ringan, sedangkan kemudi dari kayu berat yang bagian tepinya diberi lempengan logam. Kemudi ditempatkan di bagian belakang, sedangkan dayung digunakan di bagian depan.

Ciri-ciri lain juga menunjukkan bahwa perahu ini merupakan tipe tradisi Asia Tenggara yaitu adanya lubang-lubang yang terdapat di bagian permukaan dan sisi papan serta lubang-lubang pada tonjolan segi empat yang menembus lubang di sisi papan, merupakan teknik rancang bangun perahu dengan teknik papan ikat dan kupingan pengikat (sewn plank and lushed plug technique).

Tonjolan segi empat atau tambuku digunakan untuk mengikat papan-papan dan mengikat papan dengan gading-gading dengan menggunakan tali ijuk (Arrenga pinnata). Tali ijuk dimasukan pada lubang di tambuku. Pada salah lubang di bagian tepi papan perahu yang di temukan terlihat ujung pasak kayu yang patah masih terpaku di dalam lubang. Biasanya penggunaan pasak kayu untuk memperkuat ikatan tali ijuk.

Diperkirakan sejak masa awal atau proto Sriwijaya, perahu-perahu Kajang melaju di Sungai Komering, masuk ke Sungai Musi, dan lepas ke Selat Bangka, Laut Cina Selatan, hingga ke Laut Jawa. Selain membawa hasil bumi, Kajang juga membawa gerabah, seperti periuk yang terbuat dari tanah liat.

Sebaran perahu Kajang ditemukan di beberapa daerah di Malaysia, Vietnam, Jawa,dan Kalimantan. Saat Jakarta (Batavia) didirikan dan dibangun Belanda, ada pusat penjualan periuk dari daerah Kayuagung, kemudian daerah tersebut dinamai Tanjung Priok. Hingga masa awal kemerdekaan Indonesia, diduga masih ada pedagang dan duta dari Kabupaten OKI berlayar ke Singapura dengan perahu Kajang. Informasi yang dihimpun, sejak tahun 1980 perahu asli Kajang pun mulai hilang (DARI BERBAGAI SUMBER)

Pernah ditayangkan di morgesiwe.com

dengan judul KAJANG, PERAHU RAKYAT SRIWIJAYA