Jepang yang Lolos dari Keadaan Darurat Tanpa Lockdown Ketat

oleh
oleh
efd6cd96-5c31-4dde-ab11-a248290c7f7c_169

Menurut laporan Bloomberg, Jepang bahkan hanya melakukan pemeriksaan terkait Corona terhadap 0,2 persen dari total populasinya. Ini menjadi salah satu yang terendah di antara negara-negara maju di dunia.Jepang tidak memaksa pusat-pusat bisnis untuk tutup selama pandemi Corona. Aktivitas bisnis seperti restoran dan salon juga tetap buka. Jepang juga tak memiliki pusat pengendalian Corona.

Dilansir BBC, PM Abe memberikan apresiasi terhadap ‘model Jepang’, yang disebutnya bisa mengendalikan wabah dalam 6 minggu tanpa ada lockdown ketat, seperti di negara lain. Namun, dia memperingatkan bahwa ‘dalam skenario terburuk, ada kemungkinan untuk menerapkan kembali keadaan darurat jika jumlah infeksi meningkat lagi’.

Pencabutan masa darurat pada Minggu (25/5) waktu setempat, menjadi penanda secara resmi berakhirnya masa darurat yang telah berlangsung selama tujuh pekan. Banyak warga Jepang telah kembali bekerja di kantor atau pergi keluar dengan memakai masker dan mematuhi social distancing.

Sementara itu, Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, memperingatkan seluruh warganya agar jangan dulu berpuas diri. Warga Jepang diharap untuk membiasakan diri hidup berdampingan dengan Corona, atau apa yang disebut New Normal.”Saya ingin pergi keluar untuk minum-minum dan menghadiri konser,” tutur seorang pekerja kantoran bernama Daisuke Tominaga kepada Reuters, saat ditemui di Shibuya, kawasan tersibuk di Tokyo.

Banyak perusahaan di Jepang menyatakan akan membiarkan staf mereka tetap bekerja dari rumah (work-from-home). Raksasa elektronik, Sony Corp, menyatakan akan mengizinkan hanya 30 persen pekerjanya untuk kembali ke kantor mulai Juni mendatang. Hitachi Ltd menyatakan pihaknya menargetkan separuh pekerjanya untuk bekerja dari rumah.

“Kami tidak akan kembali pada gaya bekerja kami sebelumnya. Kami akan mempercepat praktik kerja baru, menjadikan bekerja dari rumah sebagai standar baru,” tegas Pejabat Eksekutif Hitachi, Hidenobu Nakahata, kepada wartawan.(zlf/zlf)

SUMBER