Joyce Lin, pilot pesawat naas milik Mission Aviation Fellowship ( MAF ) ditemukan tidak bernyawa di kedalaman 13 meter Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (12/5/2020) pagi WIB.
Pesawat yang dipiloti Joyce terjatuh sekitar dua menit setelah lepas landas dari Bandara Sentani pada pukul 06.27 WIT.
“Pukul 08.30 WIT korban dievakuasi dalam keadaan meninggal dunia dan dibawa ke RS Bhayangkara,” kata Kepala Kantor SAR Jayapura, Zainul Thahar dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari Kompas.com.
Pada rilis tersebut menyebutkan, tidak ada penumpang dalam pesawat PK-MEC tersebut.
Joyce Lin membawa cargo kebutuhan pendidikan tujuan Distrik Mamit, Kabupaten Tolikara.
Warga sekitar sempat ikut membantu pencarian pilot, Joyce Lin.
Puing-puing pesawat juga ditemukan warga di Danau dengan kedalaman 13 meter tersebut.
Tulisan Terakhir
Awal April 2020 lalu, Joyce Lin menulis satu artikel yang menceritakan perjalanan singkat hidupnya hingga akhirnya bisa membawa pesawat tanpa instruktur atau ‘Solo’.
Tulisan Joyce dilengkapi dengan foto-foto pendukung dan di-insert di website resmi MAF, www.maf.org.
Dalam tulisan berbahasa Inggris dengan judul ‘Solo’ itu, Joyce Lin menceritakan pada Maret 2020 lalu, ia baru saja menyelesaikan fase awal pelatihan pilot.
Sejak saat itu, Ia pun mendapat izin menerbangkan kargo dan penumpang sendiri.
Joyce pun mendapat tugas misi menerbangkan kargo ke desa pedalaman, Mamit.
Baginya, solo adalah puncak dari perjalanan 10 tahun menjadi pilot misionaris.
Joyce menyebut begitu banyak orang yang telah membantunya selama kurun waktu satu dekade untuk mencapai puncak.
Ia pun menyampaikan terimakasih kepada semua orang yang membantunya dalam misi.
Di bagian lain tulisan berikutnya, Joyce melaporkan isu terbaru covid-19 di Papua.
Berikut tulisan Joyce Lin yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia:
Pada bulan Maret, saya menyelesaikan fase awal pelatihan pilot dan saya menandatangani untuk menerbangkan kargo dan penumpang sendiri.
Penerbangan pertama pilot baru tanpa instruktur disebut “solo.”
Untuk solo saya, saya menerbangkan persediaan ke desa pedalaman bernama Mamit.
Lapangan terbang dibangun di sisi gunung dan lereng hingga 15% di titik paling curam.
Merupakan tradisi MAF untuk memberi selamat kepada pilot baru dengan membasahi mereka dengan air begitu mereka menyelesaikan penerbangan solo dan kembali ke bandara asal.
Bagi saya, solo adalah puncak dari perjalanan 10 tahun untuk menjadi pilot misionaris.
Begitu banyak orang telah membantu saya selama kurun waktu satu dekade untuk mencapai titik ini, dan saya sangat berterima kasih!
Update Corona Papua
Hingga minggu ketiga Maret 2020, keadaan di Papua relatif normal.
Sekarang segalanya berubah setiap hari.
Toko buka untuk waktu terbatas setiap hari, sementara restoran dan sekolah tutup.
Untuk sementara waktu, pemerintah hanya dapat mengizinkan operator penerbangan untuk melakukan penerbangan kargo atau mengangkut personel penting.
Tolong doakan agar staf MAF akan membantu menyebarkan harapan dan kedamaian selama masa ini, dan agar kami bijaksana tentang interaksi sosial kami.
Kami sangat khawatir tentang penyebaran virus ke orang-orang pedalaman yang terisolasi, yang tidak memiliki perlengkapan yang cukup untuk menghadapinya!
Berikut tulisan Joyce Lin dalam bahasa Inggris:
Solo!
In March, I completed the initial phase of pilot training and I was signed off to fly cargo and
passengers on my own.
A new pilot’s first flight without an instructor is called the “solo.”
For my solo, I flew supplies to an interior village named Mamit. The Mamit airstrip is pictured above, just below the word “Aviation.”
The airstrip is built into the side of a mountain and slopes up to 15% at the steepest point.
It is MAF’s tradition to congratulate new pilots by drenching them with water once they complete the solo flight and arrive back at their home airport.
For me, the solo was a culmination of a 10-year journey to become a missionary pilot.
SO many people have helped me over the span of a decade to reach this point, and I am so thankful!
Airstrip Checkouts
Now that I am able to fly on my own, it would be reasonable to think I never need to fly with an
MAF instructor again.
However, we are required to have two checkrides per year with an instructor to ensure our skills are still sharp.
Additionally, there are roughly 150 airstrips that MAF pilots can fly to in Papua.
I am currently approved to fly to less than 20 of them (pictured as green dots below).
The villages I am able to serve now have the easiest airstrips: they are relatively long and many are even paved.
The routes I will most commonly fly in the beginning depart from Sentani (pictured as the star) and go either southwest or almost due south into the mountains.
Over time, I will work with an instructor to get checked out at more difficult airstrips.
Coronavirus Update
Up until the third week of March, things were relatively normal in Papua.
Now things are changing day-to-day.
Stores are open for a limited time each day, while restaurants and schools are closed.
For a time, the government may only allow flight operators to perform cargo flights or transport essential personnel.
Please pray that MAF staff will help spread hope and peace during this time, and that we will be wise about our social interactions.
We are very concerned about spreading the virus to isolated interior people, who are not well-equipped to deal with it!
Tangkapan layar TULISAN Joyce Lin Sebelum Pesawat yang Dipilotinya Jatuh, Baru Rayakan Puncak 10 Tahun Perjalanan. (www.maf.org)
Pilot dengan Spesialis IT
Joyce dibesarkan di Colorado dan Maryland, Amerika Serikat.
Ia tertarik dengan komputer, terutama pemrograman komputer.
Ketertarikannya dalam penerbangan sejak usia dini membuat tetangganya seorang pilot membawanya ke pertunjukan penerbangan udara lokal.
Joyce akhirnya memilih jurusan komputer di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan menerima gelar Sarjana Sains dan Magister Teknik dari MIT.
Karena minatnya dalam penerbangan, ia juga memperoleh sertifikat pilot pribadi untuk bersenang-senang saat ia kuliah.
Sosok Joyce memang sangat religius.
Ia memilih menggunakan keahlian IT dan penerbangannya untuk aksi sosial.
Joyce hadir untuk mempermudah rekannya mengakses internet.
Di sisi lain, Ia selalu bersemangat menerbangkan pesawat untuk berbagi.
Ia ingin mengubah keputusasaan orang lain menjadi kegembiraan.
Seperti diketahui, MAF sendiri telah melayani Papua sejak 1952.
Pesawat MAF telah menjangkau masyarakat Papua yang terisolasi, khususnya untuk umat gereja.
MAF mengupayakan misi penyediaan bantuan medis, pengembangan masyarakat, bantuan krisi, pelatihan, dan pengembangan kepemimpinan orang Papua. (****)
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul TULISAN Joyce Lin Sebelum Pesawat yang Dipilotinya Jatuh, Baru Rayakan Puncak 10 Tahun Perjalanan, https://pontianak.tribunnews.com/2020/05/12/tulisan-joyce-lin-sebelum-pesawat-yang-dipilotinya-jatuh-baru-rayakan-puncak-10-tahun-perjalanan?page=4.
Penulis: Marlen Sitinjak
Editor: Marlen Sitinjak